Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Friday, December 31, 2010

SELAMAT DATANG 2011

Aku yakin ini bukan di luar rencana.
Aku juga yakin bahwa ini tak termasuk dalam sket.
Semua telah ada dalam kuasa-Nya.
Dan bagaimana itu bisa begitu,
aku tak hendak mau direpotkannya.
Satu yang aku ingin tetap lakukan adalah
berharap aku tetap ada dalam jangkauan sorot mata-Nya dan medan hangat kasih-Nya.
Seperti itu juga yang hari ini aku mohon untuk engkau saudara-saudaraku.
Tak ingin aku merasakan semua keindahan
yang kadang nyata amat tak mengenakkan untuk dipandang mata insaniku
sebagai di luar kuasaNya.
Dia punya saat dan tujuan yang amat tepat buat aku dan engkau.
Ini bukan omong kosong
seperti kebanyakan orang tua bilang pada anaknya,
…. Nanti sore kita jalan jalan ke mall, tapi sekarang harus bobo siang dulu …,
dan ketika sore datang menagih janji,
orang itu telah memiliki pikiran yang lain.
Ini juga bukan janji agar kita tak memberontak pada-Nya
seperti ada tertulis…agama itu candu bagi masyarakat.

Pernik-pernik ribuan rasa yang tersulam dalam peristiwa Natal
apakah benar melulu suka cita?
Apa benar detik detik yang mengalir di antara Yusuf dan Maria
yang menahan saat kelahiran,
tak kunjung mendapatkan tempat penginapan adalah melulu rasa suka cita?
Rasanya bohong kalau mereka mengatakan tak mengalami kegelisahan yang sangat.
Apakah tiadanya baju baru dan sepatu baru justru membangun suka cita Natal
saat berdiri di antara orang-orang yang menunggu giliran
bisa berlutut di depan goa natal?
Apakah pengumuman bahwa tidak ada perubahan
tanggal penerimaan gaji bulanan justru membuat Natal berarti?
Apakah Natal yang hadir di antara tumpukan kertas order barang
dan kesulitan financial justru melahirkan suka cita Natal?
Ku kira proses tidak bisa di samakan dengan tujuan.

Natal mengundang kita memasuki ruang penuh suka cita
dan tak peduli bagaimana proses sampai ke sana.
Dan siapa yang mau memperjuangkan untuk sampai di pelatarannya,
dia akan memiliki kemungkinan mendapatkan kebahagiaan itu.
Allah menyediakan kita tujuan-tujuan
dan Ia sangat ingin kita sampai di sana.
Tapi Ia tak ingin terlalu repot menuntun
setiap orang untuk detik demi detik menuju ke sana.
Kita bukan robot. Akal budi dan hati nurani yang membangun kehendak bebas
sudah Dia anugerahkan kepada kita.
Dan aku melihat hal itu sebagai keluarbiasaan Dia.
5roti2ikan telah menjadi arah hidup kita
agar tujuan Allah,
membangun komunitas yang peduli itu,
menjadi perjuangan kita.
Kadang aku berpikir,
kenapa Ia tak segera mengirim apa yang kita butuhkan?
Bukankah kita sedang memperjuangkan tujuan-Nya?
Apakah ini bukan sebuah kesombongan pada kita,
kalau aku bilang …
Ia ingin kita bekerja dan bukan merengek
seperti bocah yang tak punya pengalaman apa pun.
Apa sih yang belum pernah kita lakoni?
Ya … kita sudah terbiasa berada di jalan yang menantang dan sulit,
Ia yakin kita mampu bertahan dalam kesulitan
mencari celah kecil sebelum sampai di jalan tol yang Dia yakin kita akan menjadi sangat besar.

Kalau aku bilang … mari kita bersabar diri,
itu bukan berarti aku mengajak engkau hanya menunggu.
Juga tak berarti bahwa aku telah mampu menjadi orang yang sabar.
Tapi itu karena aku ingin kita tak lagi jeli menangkap yang Dia mau.
Maka sabar di sini sangat tepat dikatakan tenang.
Hati yang tak grusa-grusu akan membuat mata, hati dan nalar bekerja dengan jernih.

2011 telah datang, mari kita memohon kepada-Nya
mata yang jenih melihat,
pikiran yang bening menalar
dan hati yang sabar.
Aku tahu ini bukan hal yang mudah,
maka dari itu, kita membutuhkan berkat-Nya.

Selamat memasuki arena perjuangan 2011.
Yang berharap banyak akan kehilangan banyak;
yang tak mau berharap akan mengalami frustrasi.
Berharaplah menjadi besar karena Allah itu Mahabesar.
Berharaplah menjadi sempurna karena Allah itu Mahasempurna.
Dan berharaplah menjadi luar biasa karena Dia Maha segala galanya.

MISTERI NATAL

Nyeri hatiku menawan raga, jiwa dan pikiranku.
Aku tak tahu apa itu yang di alami Yosep saat berjalan
menuntun keledai yang ditumpangi Maria, istrinya
mengetuk setiap pintu mencari tempat yang layak untuk melahirkan anaknya.

Natal telah di hadapanku.
Desember itu seakan tak pernah mau mengerti kesulitan yang miliki.
Dia hadir begitu saja.
Aku mengerti karena dia juga tak berdaya ketika matahari itu
terus bertekun dalam ritme terbit dan tenggelam.
Ketika akumulasi itu telah genap, entah mau entah tidak, desember harus hadir.
Aku tak punya duit yang cukup, yayi, buat membelikanmu
baju sekedar baru tanpa memperhitungkan mutu.
Kesempatan untuk beli sepatu atau sandal baru pun
sepertinya hilang begitu saja.

Membaca ini, engkau akan sedih atau bisa jadi marah, kenapa bias seperti ini.
Mengajakmu untuk berpikir realistis pun rasanya akan mengalami jalan buntu.
Tapi jujur, dihitung dari sudut mana pun,
hadirnya barang-barang itu tak bakalan bisa.
Untuk sekedar bisa makan dua kali dalam sehari saja
aku tak sanggup apalagi untuk beli baju dan sepatu.
Jangan anggap ini sebuah kesalahan managemen,
jangan juga berpikir bahwa ada kebutuhan lain
yang dibiayai oleh duit yang ada.

Saat ini kita memang sedang menanggung banyak kebutuhan.
Kadang aku berpikir, pantaskah aku memasukkanmu dalam kemelut soal duit ini?
Apakah sebagai lelakimu, aku tak sanggup membuatmu tercukupi materi?
Tapi memang begitulah adanya, upah sebulanku selalu habis di minggu ke dua,
selebihnya aku hidup karena kebaikan orang.
Aku tak memikirkan lagi sudah berapa lama
aku tak sanggup membeli baju dan sepatu,
sudah berapa lama aku tak mampu mengajakmu makan enak
pada minggu sehabis minggu kedua.
Bagiku, aku masih bisa hidup bersamamu
dan merasakan setiap hari kehangatan cintamu,
sudah pupus hatiku untuk memberontak dari situasiku.

Di Natal ini, masih bolehkah aku berharap kepadamu,
bahwa ini Natal yang terakhir buat kita untuk tak bisa
membeli barang sekedar baju dan sepatu.
Aku bertekad tahun depan tak ada jawaban …belum makan…
setiap kali engkau bertanya, akang, sudah makan?

Di Natal ini, masihkah aku boleh berharap
bahwa ini Natal yang terahir di mana kita
hanya bisa mengisi dengan saling cerita saja?
Meski aku tak tahu dari mana aku bisa mendapatkan duit yang banyak.

Di Natal ini, aku ingin tetap berharap
bahwa yayi masih kuat hidup bersamaku,
dalam kejelataan dan kekurangan yang tak pernah surut.
Kadang terpikir olehku,
hidup sederhana itu sudah lebih dari cukup.
Cuman, apakah itu juga menjadi pikiran dan pendapatmu, yayi?

Natal telah tiba,
dan aku mendapati
bahwa diriku tak berdaya di depan permintaanmu
yang aku sangat tahu itu amat sangat sederhana.

Natal, semoga engkau tak menjadikanku terkulai lemah dan mati langkah.
Buatlah aku seperti Yosep yang bisa menemukan
bahwa kandang pun toh tidak ada salahnya untuk menerima kehadiran seorang bayi.
Semoga juga memberkatimu dengan berkat Maria
yang juga tak merintih rewel karena tak ada tempat persalinan yang layak.
Tak perlu berpikir betapa hinanya
tapi semoga malah menumbuhkan rasa syukur yang hebat bahwa
Bapa telah menyediakan segala sesuatu tepat pada waktu dan saatnya untuk kita.
Yang bisa aku katakana
cuma….bersabarlah menunggu saat dan waktunya Tuhan untuk kita
dengan berjuang tanpa henti. Selamat Natal, adiekku.
Maafkan aku yang tak bisa meluluskan permintaanmu
yang amat sangat sederhana itu, beli baju dan sepatu.

KUTUNGGU KAMU (6)

* keenam *
aku baru selesai mengucapkan doa
dari butiran-butiran rosari
aku masih tetap ingin setia
dengan kesepakatan yang ada
aku masih tetap ingin berjalan bersamamu
aku masih tetap ingin mengisi hari-hari ini denganmu
denganmu !!!

Tapi mengapa semakin aku berkeras untuk setia
aku semakin merasa engkau lepas dari tanganku
semakin aku berkeras untuk bersama
aku semakin merasa engkau jauh dariku

kini yang terlintas dalam benakku
cuman keinginan membiarkanmu saja
terserah engkau mau apa
dan mau memperlakukan bagaimana aku
akan kucoba menerima semuanya
mungkin memang begitulah seharusnya
walau berat...sangat sakit .... dan begitu makan hati
tapi meski begitu, ada baiknya bila
engkau bicara dulu padaku
jangan biarkan aku berjalan dengan gagasanku sendiri
atau untuk inipun engkau juga tak lagi punya waktu ???

Wahai hati yang tetap cantik,
kutunggu segalamu malam ini !!!
PERGILAH ENGKAU

pergi.........
pergilah engkau
meski aku tahu bahwa itu akan menghancurkanku
tapi kupikir itu jauh lebih baik
aku hancur sekarang
ketimbang akhirnya aku hancur juga
betapa tidak enak dan tersiksanya
berjalan dalam rentang waktu
menuju kehancuran

pergi.........
pergilah engkau
meski aku tahu bahwa itu menghancurkanku
biarlah aku cuman menggandeng bayangmu
itu jauh lebih baik
karena bayangmu adalah kenyataan
yang benar-benar terbayang
ketimbang bayang-bayang yang menjadi nyata

KUTUNGGU KAMU (5)

* kelima *
di ujung senja tadi
aku sengaja untuk tidak bersujud kepada-Nya
kubawa hatiku menjadi pengembara
yang belajar menghirup cinta
di antara sesaknya dada

di teras sebuah bangunan
aku melihat dua anjing sedang bergulat
bergulung-gulung dan saling menggigit
sesekali berlari dan berkejaran
diselingi gonggongan pendek
dua anjing itu sedang bercanda
mengisi waktu dengan kegembiraan
aku terus mencoba menghirup cinta
di antara sesaknya dada

di pojok gang itu aku melihat
seekor anjing berdiri sendirian
tak lama muncul anjing yang lain
saat mereka berpapasan
kucermati apa yang terjadi
mereka saling menyalak...... saling mengendus
kemudian berlalu

diujung senja tadi
kita, aku dan engkau
bagaikan dua anjing yang terakhir
bertemu..... saling menyalak.... saling mengendus
kemudian berlalu, sangat-sangat sebentar

seperti itukah akhirnya kita
tak lagi merelakan waktu-waktu kita
untuk tak sekedar menyalak dan mengendus?
Atau ????!!!!

Thursday, December 23, 2010

KUTUNGGU KAMU (4)

* keempat *
malam semakin larut
dan aku tetap sulit memejamkan mata
sesekali kakiku membawa tubuhku membuka pintu
membuang ngilu di dada
memandang langit yang tetap ditutupi mendung
langit yang rindu datangnya sebuah cerah
seperti hatiku saat ini
menanti terdengarnya alun lirih suaramu
tapi ternyata sia-sia
aku heran
mengapa engkau tak menggunakan pengetahuanmu
bahwa aku membutuhkanmu selalu
selalu itu berarti tak pernah tidak
aku jadi merasa
engkau sengaja melakukan ini semua
atau paling tidak aku boleh berkata
sebenarnya adaku alternatif untukmu

dulu engkau pernah berkata
‘waktunya tinggal sedikit
kuharap engkau mau mengerti’
dan ketika segalanya telah terjadi
dengan enteng engkau bilang
mari kita sekarang saling melatih diri

mungkin benar
-sambil aku menghembuskan nafas kuat-kuat-
aku menjerit dalam keheningan ini:
‘adaku memang alternatif untukmu’

KUTUNGGU KAMU (3)

* ketiga *
jam itu menunjuk pada pergantian hari
aku tetap di sini, masih terjaga
dan benakku terus mengusikku dengan usil
merindukan siapakah engkau?!

Dia yang bermain dalam benakmu
telah tak lagi punya waktu untukmu
dia yang namanya kau ucap di setiap tarikan nafasmu
telah berselingkuh erat
dengan ketergesaan dan keterburuan
dia yang kepadanya engkau menyandarkan hatimu
sedang mabuk kepayang
dengan kerisauan hatinya sendiri
jika engkau tetap nekad merindukannya,
sebenarnya engkau merindukan apa?!

Jalanmu tak lagi menjadi jalannya
harimu tak lagi menjadi harinya
kerinduanmu telah terbawa angin
sejak siang memaksanya melambaikan tangan

Saturday, December 18, 2010

KUTUNGGU KAMU (2)

* kedua *
akan terus kunanti, meski untuk hal ini
aku mesti kehilangan sumber air mata
kehilangan juga usapan lembut dunia mimpi

akan terus kunanti, meski untuk hal ini
aku setengah yakin akan sia-sia
setengah sadar bahwa ini gila

akan terus kunanti
hadirnya engkau di hadapanku
dengan hati tenangmu

KUTUNGGU KAMU (1)

Wahai hati yang tetap cantik,
ketika engkau menghilang dari pandanganku
menghilang dari pendengaranku
aku seperti bulan yang tertangkap basah oleh fajar
pucat tak bersemangat.. pilu tiada gairah ...merintih dalam keduanya

sengaja kukirim ini padamu, dengan maksud
bila engkau lupa, anggap ini
sebagai caraku mengingatkanmu
bila engkau nekad, anggap ini
sebagai caraku menegurmu
tapi bila engkau masa bodo, anggap ini
sebagai kenang-kenangan dariku

* kesatu *
ketika langkahmu tak lagi bisa kutahan
dan jejakmu lebih cepat dari pandanganku
hari malamku jadi berani melingkupiku
dengan kesendirian yang begitu sunyi
bagaimana tidak?!

Seharian panas terik menghajar tubuhku
seluruh hariku menguras pundi-pundi keringatku
hingga yang tertinggal, cuman lelah yang amat letih

kupikir setelah penderitaan hari ini menderaku
aku beroleh sandaran sejenak buat hatiku
pada dinding-dinding hatimu yang penuh kelegaan
tapi ternyata pikiranku keliru
karna yang kujumpai
ketergesaanmu yang semakin sempurna
sejak mataharimu lengser tak teraih tanganmu
ketenanganmu menjelma jadi buru-buru

HADIRMU ANUGERAH BAGIKU

wahai hati yang cantik
dulu engkau datang tak tergesa
meski juga tiada rencana
engkau datang tak tiba-tiba
meski tiada pemberitahuan sebelumnya
kedatanganmu melahirkan
bunga-buang keterperanjatanku
hingga tanpa aling-aling aku bersorak kegirangan
hingga tanpa sembunyi-sembunyi
aku mengetuk-ketuk dadaku
sambil nyaring menyeletuk
siapa aku hingga engkau mendatangiku?
Tapi benarkah yang menggerakkan kaki-kakimu itu kekuatanmu sendiri?
Siapa aku hingga engkau menerimaku?
Tapi benarkah yang menggerakkan kemanusiaanmu itu kekuatanmu sendiri?
Siapa aku hingga engkau mencintaiku
juga meletakkan tanganku erat dalam genggamanmu?
Tapi benarkah yang menggerakkan hatimu itu kekuatanmu sendiri?

Tak pernah aku percaya bila semua itu
melulu usahamu
tak pernah aku percaya bila semua itu
cuman jalan-jalan impian manusiamu
tak pernah aku percaya bila semua itu
hanya bentuk-bentuk tekad dan kenekadanmu

aku hanya percaya bahwa Dia sajalah
yang merencanakan semua lakon ini untuk kita
karenanya padaku selalu ada harapan untuk
tidak gentar berjalan bersamamu
di mana dan kapanpun juga

Dia yang menjadikan tangan kita
saling bergandengan itu
ku tahu sebagai Allah yang setia pada janji-Nya
bahwa akan membuat kita indah pada waktunya
dan sungguh sebelum segala itu terjadi
tak kan pernah Dia jauh dari kita

Wahai hati yang cantik
pada hatiku tetap
ada cinta untukmu
ada rengkuhan pelukku untukmu
ada ciuman kasih untukmu
ada kangen yang tak tuntas untukmu

CATATAN HARIAN (7)

*** Lintasan ketujuh ***
Aku heran mengapa hujan tak juga reda
sementara itu aku pun tak berhasrat untuk berhenti
karena kupikir berhenti pun tak akan melindungiku
dari dingin air hujan dan hawa yang berhamburan

Aku terus berjalan
menembus kegelapan hari
tetap membawa kepedihan hati
serta luka-luka yang jauh dari kering

+ apa sich yang kamu cari dalam perjalanan ini?
- tak satu pun. aku tak ingin lagi mencari, menambah luka saja
+ kalo engkau tidak mencari, engkau tak akan menemukan apapun
- aku tak membutuhkan apapun lagi
+ engkau keliru. engkau tak mau mempedulikan pikiran hatimu
- pikiran hatiku tak membutuhkan apapun lagi
+ apakah hatimu sedang terluka?
- benar
+ apakah engkau sedang mengusahakan
kesembuhan?
- benar
+ dan engkau tak kunjung mendapatkannya?
- begitulah faktanya
+ bukan begitu faktanya
engkau menolak untuk sembuh
- benarkah?
+ engkau harus menyetujui dulu agar perbincangan ini bisa dilanjutkan

Aku terhenyak
sulit sekali rasanya menjawab
Apakah aku layak mendapatkan malapetaka ini?
Apakah adil bila segala yang kuusahakan
akhirnya diganjar dengan sebuah kesedihan yang teramat mendalam?
Mengapa harus aku yang mendapatkan ini semua?
Mengapa tidak yang lain???

+ terlalu sulitkah untuk menjawab?
- engkau tidak sedang menghakimiku,
wahai hatiku?
+ benar. aku ingin engkau dengan kesadaranmu
mengakui bahwa engkau sedang terluka
engkau butuh disembuhkan.
ini bukan paksaan,
ini hanya ajakan untuk memilih ya atau tidak

Kutarik nafasku sepanjang mungkin
dan kuhembuskan sekuat-kuatnya

- ya. aku sedang terluka
aku membutuhkan kesembuhan
+ bagus. ingatkah engkau dengan banyak pengalaman
bahwa ada banyak hati yang menaruh harapan pada jalan hidupmu?
- ya
+ apakah engkau bisa mengatakan padaku
untuk mereka engkau tetap mau setia?
- ya
+ ingatkah engkau akan pendampingan tanpa pamrih
dari hati yang terakhir diberikan kepadamu?
Coba perhatikan bagaimana ia selama ini telah membantumu

Aku tak tahu apa yang sedang terjadi
yang kutahu aku seperti di hadapan layar yang bergerak sangat cepat
menampilkan segala yang telah dilakukan hati yang terakhir kepadaku

- aku sekarang bisa mengingatnya lagi
+ engkau -dengan segala adamu-
tetaplah berharga
kegagalanmu tidak harus diartikan sebagai
hilangnya hakekat panggilan hidupmu
engkau tetap dipanggil untuk mempunyai cinta yang lebih dan lebih besar lagi
cinta selalu berarti korban
berkorban bagi orang lain
dan itu berarti engkau sedang
menanggung sakit
lihatlah dunia begitu mengharapkan
sentuhan cinta
yang berani berkorban tanpa pamrih
sekian waktu engkau diajar semua ini
dan lantas karena kegagalan ini saja
engkau hendak menghapus
segala yang telah ada?
- wahai hatiku, padaku ada percaya
sehingga aku tetap boleh berharap
padaku ada ingatan
bahwa yang berharap dengan bercucuran
air mata
tak akan dikecewakan dan dipermalukan
sekalipun demikian
pada hatiku terdapat sebuah pertanyaan:
bukankah untuk mewujudkan semua itu
masih ada ada banyak orang dan tidak harus aku?
lagi pula siapa yang masih mau
mendengarkan aku?
+ berjalanlah terus.... bila ada tempat berteduh
cobalah untuk singgah sebentar

Guyuran hujan dan dinginnya angin malam
kembali terasa bahkan semakin menyengat
kegelapan tak menghalangi langkahku
karena telah menjadi sahabat karibku
entah pada langkah ke berapa
tiba-tiba aku telah sampai di depan sebuah pintu
mungkin pintu atau bayangannya saja,
samar saja kelihatannya
ketika tanganku masih sibuk
untuk menentukan apakah itu
benar-benar pintu atau bukan
benda itu bergerak dan dari balik benda itu
aku melihat sebuah ruangan yang temaram
hanya diterangi dengan
lampu-lampu kecil warna-warni
jauh di dalam sana
aku melihat sosok manusia
mengenakan pakaian keperak-perakan

Aku termangu menyaksikan semuanya itu
Aku ingat bahwa aku pernah ada di tempat ini
Aku ingat di tempat inilah dua hati dimeterai
untuk tetap setia bergandeng tangan
berjalan bersama
diakah sosok yang berdiri jauh di dalam sana?
Semoga

Aku melangkah
dan aku tiba-tiba mendengar
sebuah musik symphoni mengalun megah
dan lagu-lagu itu menjadi benderang
Aku juga melihat kilatan blitz dari berbagai arah
Dalam suasana yang agung itu
tiba-tiba aku kembali ingat akan keadaanku
degil
basah
terluka
bingung
tapi entah mengapa
semua perasaan itu tak menghalangi hasratku
untuk tak meneruskan langkah
saat jarakku dengan sosok itu tinggal dua langkah lagi
kubulatkan tekadku untuk memanggilnya
Sedulur... engkaukah itu?
Tak ada reaksi yang nampak
dan aku merasa bahwa aku telah salah menduga
aku salah masuk
di tengak kecamuk perasaan yang tak menentu
aku melihat sosok itu berdiri
dan sesaat kemudian
menghamburkan tubuhnya pada dadaku
sambil terisak ia bilang:
+ Aku bahagia engkau mau kembali lagi
Aku tetap pada janjiku
Aku menerima segala adamu
keberhasilanmu juga kegagalanmu
engkau tetap berharga di mata hatiku
Aku tetap mencintaimu
- Terima kasih Sang Pemilik Segala
Terima kasih Sedulur
Terima kasih atas sikap luhurmu
yang mau menerima
segala ungkapan perasaanku
kupandang itu bagian dari
kebesaran cintamu kepadaku
Sedulurku.....
Telah lama aku menantikan
saat di mana tanganku bisa merengkuhmu
secara nyata
dan mempelangikan wajahmu
dengan kecupan-kecupan
menyatukan segala rasa kangen kita
menjadikannya gelombang
yang berkejar-kejaran
menyentuh tangan-tangan pantai

Kudekap Sedulurku dengan segenap hatiku
Kupeluk dia dengan seluruh perasaan cintaku
sambil mengucap dalam batinku:

Wahai Sang Pemilik Segala
Aku tetap milikmu
Pastikan bahwa kini
aku telah kembali seperti sedia kala

Bahana symphoni semakin megah mengalun
asap wewangian memenuhi setiap sudut ruangan
dan hatiku-hatimu semakin erat bersatu
dan ketika kita sedang tenggelam
dalam kebersatuan itu
sayup terdengar tembang merdu
mengalun dengan cantiknya:

pada hati kita Tuhan menanamkan
segala yang baik modal mencinta
tetapi anehnya kita lebih suka
pelihara benci di hati kita

dua rasa yang sangat kuat
warnai dunia
bagaikan gandum dengan ilalang
dibiarkan tumbuh bersama
tapi yakinlah bila nantinya
gandum di lumbung
ilalang dibakar

bila di hatimu tumbuh rasa suka
tidak harus cepat dikata cinta
bila di hatimu tumbuh rasa marah
tidak harus cepat dikata benci

bijaksana di dalam hidup
sabarlah sejenak
bagaikan laut dengan pantainya
yang menanti datang gelombang
tapi yakinlah pada saatnya
bila bertahan
pasti dijaganya

CATATAN HARIAN (6)

*** Lintasan keenam ***
Hari ini hujan mengguyur bumi juga diriku
jalan-jalan menjadi licin dan becek
beberapa kali aku melihat orang terjatuh
tapi yang mengherankan sekali
mereka bangun sambil tertawa-tawa
seakan-akan jatuh
adalah saat yang sedang ditunggu-tunggu
kupikir orang-orang itu sinting
tapi setelah satu di antara mereka
kemudian membarengi langkahku
dan tanpa memperkenalkan diri ia terus bicara
mau kubilang ia bergumam tapi kok lantang
mau kubilang ia omong tapi dengan siapa?
Dia bilang:
bertahun lamanya jalanan di sini sangat bagus
setiap kami lewat tak ada yang membuat kami resah
sampai suatu ketika banyak orang miskin
berlalu lalang
dan kami banyak mengeluh, kami jengkel
entah apa yang terjadi sebulan kemudian
jalanan ini menjadi amat rusak
awalnya kami banyak mengeluh
tapi kemudian menikmatinya
dan anehnya sejak itu kami menjadi sahabat
dari para pengemis yang lalu lalang
Ini mujijat.

Setelah omong begitu
orang yang di sebelahku tadi menyentuh pundakku
Teman, tak perlu engkau
melarikan diri dari kenyataan
yang membuatmu sakit hati
mungkin saja ini tidak murni kesalahanmu
mungkin saja ini sisi laen
yang tak pernah kau perhitungkan
mungkin saja ini saat pemurnian
Berhenti sesaat kadang jauh lebih baek
ketimbang terus dengan terseok-seok
dan terengah-engah
Berhenti sesaat tak selamanya berarti lemah
Berhenti sesaat bisa juga sebuah keutamaan hidup
Aku mengangguk-angguk sambil terus melangkah
sampai kemudian aku menyadari
bahwa orang yang di sampingku tak ada lagi di sana
ketika aku menoleh
di kejauhan sana....
Aku melihat dan mendengar lagi
orang yang jatuh sambil tertawa-tawa

Saturday, December 11, 2010

CATATAN HARIAN (5)

*** Lintasan kelima ***
Pagi ini banyak orang lewat di depanku
semua tergesa-gesa, tak ada tegur sapa disela-selanya
Entah karena apa tiba-tiba mataku menangkap satu bayangan yang butuh pertolongan
Aku bergegas-gegas menghampirinya

seorang bocah kecil terjerembab di jalanan berlumpur
spontan kuangkat dan kubawa pada pancuran
kuberikan kain penghangatku padanya
selama itu sang bocah terus memandangiku
dan setiap kali mata kami beradu
ada bagian batinku yang gelisah
sepertinya sebelum ini antara aku dan dia
telah saling mengenal
tapi aku tak mampu mengingat kapan dan di mana
ketika segalanya telah ok
kami duduk berdampingan, di sebelah kananku

+ Teman engkau sangat baik kepadaku
- Itu bukan kebaikan tapi sebuah kebetulan belaka
+ Engkau tak hanya mengentasku
dari ketakberdayaanku
tapi menghangatkanku dengan satu-satunya barang yang kulihat hanya itu yang kau miliki
- ku tak memiliki apa-apa, barang itu kebetulan saja tak ikutan diinjak-injak
+ Sepertinya engkau satu-satunya orang asing
di tempat ini
Adakah engkau sedang mencari seseorang
atau sesuatu?
- Aku tak layak lagi mencari sesuatu
apalagi seseorang
Aku cuman berjalan karena itu satu-satunya yang masih bisa kubuat
+ Untuk siapakah kau lakukan semua itu?
Untuk hatimu yang membeku?
Untuk pikiranmu yang membiru?
Untuk juwamu yang membatu?
Tak ingin aku menjawab pertanyannya
karena aku merasa bagai di hadapan
sebuah pribadi yang entah dimana sekarang
tapi selalu dan senantiasa menggemakan dengan suara batinnya
hatiku selalu untukmu. Kemanapun engkau ada, aku ada bersamamu
Sang bocah melanjutkan
+ Teman, tak perlu kau risau untuk menjawab
Bangkit dan mulaikah berjalan lagi
tapi jangan untuk mendapatkan sesuatu karena engkau akan kecewa
Bangkit dan berjalanlah terus
Untuk memberi dan berbagi
Di sanalah engkau akan tahu
betapa tak bijaksananya
membekukan hati
membirukan pikiran
membatukan jiwa

Selesai mengatakan itu
Sang bocah menarikku agar aku berdiri
ditaruhnya kepalanya yang mungil di dadaku
kemudian digenggamnya tanganku
dan ia berlalu begitu saja
meninggalkanku dalam keterpanaan hati

Adakah di dunia ini dua pribadi yang sangat serupa?
Cara bocah itu menaruh kepalanya di dadaku
dan menggenggam tanganku
setahuku hanya kamu yang bisa melakukannya
teman, yakinlah pada sebuah janji
tak ada yang sanggup memisahkan aku darimu
kemana engkau melangkah.....
di sisi kananmulah aku berjalan
kemana engkau berada.......
di sana pulalah hati, jiwa dan pikiranku ada

Hai bocah, engkaukah itu???

CATATAN HARIAN (4)

*** Lintasan keempat ***
Engkau kerap bilang:
aku perlu menjaga perasaannya, mereka
dan aku selalu nekad untuk tak henti bilang:
tapi engkau tak harus
dengan mengorbankan perasaanku
dan engkau dengan amat lincah menjawab
ingatkan aku bila aku mulai mengorbankanmu

Aku ingat perbincangan itu
ketika aku menyaksikan pertengkaran
dalam keluarga yang memberiku tempat berteduh
barang semalam tuk menyusun kekuatan
sebenarnya aku menolak
ketika mereka memintaku singgah
karena bagiku dimana saja aku tak jadi soal
siapa sich yang sekarang mau menaruh hati
pada mahkluk yang tak lagi mempunyai apapun
dalam hidupnya?

Sang istri bilang:
kalo kita tidak lekas membayar uang kontrakan
untuk bulan ini
aku jadi tak enak pada tuan rumah
taon lalu dia sudah membebaskan
uang kontrakan kita
masakan sekarang kita tetap enggak bisa?
Aku perlu menjaga perasaannya
Hening membangun jeda
sesaat setelah tarikan nafas, sang suami menyahut:
istriku, tak taukah engkau bahwa tak ada lagi
yang mau mengupah aku?
Tak taukah engkau bahwa aku sudah merelakan banyak piring beserta isinya
hanya untukmu dan anak-anak kita?
Ketidakmauanmu untuk mengerti
sesungguhnya tanda bahwa engkau
sedang mengorbankan perasaanku

Kutarik nafasku panjang-panjang
aku berdehem untuk menyatakan bahwa
dari tadi sebenarnya aku mendengar celotehan mereka
Kawan yang baek hati
masih perlukah kita bicara soal perasaan
bila yang utama belum tertanam dengan baik
adakah diantara kalian temali cinta
yang saling mengikat untuk bersatu?
Bila itu telah ada
mengapa kalian mempersoalkan posisi dimana engkau harus berdiri atau duduk?
Ruangmu sudah ada dan tak akan
diberikan pada yang lain
bagianmu telah pasti dan tak tergantikan lagi
meskipun -mungkin- cuma sekedar untuk background

CATATAN HARIAN (3)

*** Lintasan ketiga ***
Kemana engkau hati yang termeterai?
Kemana engkau sembunyikan wajahmu?
Tak taukah engkau bahwa
senyummu bagaikan kejamnya pisau
yang melahirkan banyak luka?
Karena senyummu teramat singkat
datang sejenak, berlalu cepat
tinggalkan kerinduan yang membelengguku
Tak taukah engkau bahwa
kehadiranmu bagaikan pembunuhan?
Karena baru engkau menampakkan diri
banyak tangan memasang jeda antara aku dan engkau
dan meninggalkanku dalam kesendirian
yang lebih dari sekedar sunyi

Kemana engkau hati yang termeterai?
Kemana engkau sembunyikan wajahmu?
Engkau pasti tak akan pernah menyangka
bahwa ketika kerinduan membelengguku
dan engkau sengaja dipisahkan dari mataku
adalah lebih baek bagiku
apabila aku tinggal di istana kematian?

Aku selalu berjuang meyakinkan orang
bahwa kesabaran tiada batasannya
tapi ketika hari-hariku terus dibanjiri
aneka cara untuk memisahkan dirimu dariku
aku mulai ragu-ragu apakah benar dan perlu
aku tetap meyakini bahwa
kesabaran itu tiada batasnya?

CATATAN HARIAN (2)

*** Lintasan kedua ***
Berjalan dalam gelap
sendirian
kini menjadi bagian dalam hari-hariku
Sebenarnya tidak bisa dikatakan ‘sendirian’
karena pada hatiku telah termeterai
hati pemilik raga langsing
yang pernah membuat arca Bunda tersenyum
Itu bekal yang masih ada
karena memang segalanya telah diinjak-injak

Aku terus berjalan
aku berjumpa dengan banyak orang
yang dulu juga pernah kujumpai
tapi sepertinya mereka tak lagi mengenaliku

dilupakan adalah kesedihan yang tak terkira
tapi lebih baek ketimbang terus dikenang
karena kejahatan

Aku terus berjalan dan terus maju
tak perlu aku berpikir apa yang akan terjadi
karena apapun yang harus terjadi
pasti terjadi sekalipun aku tak memikirkannya
tidak membebani hari ini
dengan pikiran yang tidak tentu
adalah kekuatan untuk bisa terus maju

Bila aku lelah berjalan
kusandarkan tubuhku pada batu atau pohon
bila tiada, kubaringkan saja di hamparan tanah
bila aku ingin bercakap dengan orang,
kudatangi mereka
bila aku ingin sendirian, kulanjutkan perjalananku
diam adalah bagian terpenting dalam perjalanan
sebab di sanalah luka-luka menjadi sembuh
dan mendatangkan air mata kebahagiaan
sebab di sanalah kesembuhan menjadi kesengsaraan
dan mendatangkan gelak tawa kepedihan

CATATAN HARIAN (1)

Petikan suara alam mengiringi hembusan angin yang menembangkan syair-syair ini:
ke manakah akan kubawa hati yang terluka
apa saja yang kumiliki tak dapat kuandalkan
ingin rasanya kumenghindar lari entah kemana
tapi tak sanggup kumenanggung berat beban luka
hati menjerit
jiwa tersiksa memohon bantuan
muka tertunduk
tangan terulur menanti jawaban
Tuhan hanya Engkaulah tempatku berharap
hanya Engkaulah tempat kubersandar

sayup tapi terus mengalun
mengiringi hati yang menanggung sembilu
yang maha pedih
sayup tapi terus mengalun
seakan setuju bahwa segalanya memang harus begitu


*** Lintasan pertama ***
Aku tak akan pernah melupakan saat yang paling pahit pada sejarah hidupku
saat di mana aku dihancurkan
diriku dan seluruh kehidupanku
semuanya dan tak ada yang tersisa
Aku terkapar
Sendirian
tanpa ada yang menaruh iba sedikitpun
tanpa ada yang menyebut-nyebut namaku lagi
Aku benar-benar sendirian
Dalam kesendirian itu
tangan-tangan kesepian bagai mencekik leherku
roh-roh kejahatan meneriakkan dengan sinis
aneka kesalehan yang pernah aku lakukan
jiwa-jiwa lawanku bangkit
menyenandungkan rangkaian-rangkaian
keyakinanku dalam refleksi hidupku
senandung itu bagaikan menabur pasir
di atas luka yang baru
file-file dalam benakku menertawakan semua
adegan keberhasilanku
Aku benar-benar terkapar
dengan keadaan yang benar-benar hancur

Di saat yang sangat tak menguntungkan itu
di saat aku memilih
lebih baek jiwa dan rohku dipisahkan dari raga
terdengar di kejauhan suara manusia
suara itu mirip sekali dengan milikku

di muka arcamu, Bunda
aku berdiri tidak sendirian
ada raga langsing semampai
yang tangan kirinya
erat kugenggam

di muka arcamu, Bunda
kami berdiri memohon berkat
kesucian dan kemurnian
yang tiada henti
buat persaudaraan ini

di muka arcamu, Bunda
kami tertegun bersama
melihatmu tersenyum pada kami

Hening terus menguasaiku
aneka gelora rasa membanjiriku
saling berebut untuk dipilih
Percaya itu segala-galanya
apalagi bila disertai harapan
kucari asal suara lembut itu
tapi tiada
gelap kabut menyelimutiku
menghadirkan bayangan-bayangan aneh mengerikan

Aku merangkak coba bangkit
dan ketika kedua kakiku mampu
menyangga berat tubuhku
batinku berteriak nyaring:
Wahai Sang Pemilik Segala yang ada
ijinkanlah aku untuk tetap percaya padamu
agar aku tetap bisa berharap padamu

Friday, November 26, 2010

SEDULUR

Sedulur
Sebuah kata, apalah artinya?!
Bisa biasa bisa luar biasa
Kata sedulur-saudara
amat sangat sering sekali kita dengar sampai-sampai kita enggak lagi tahu
kata itu mengandung konsekuensi apa
dan mengundang kita untuk melakukan apa
Bagiku kata itu sungguh bermakna
apalagi untuk seminggu terakhir

Bila mulutku mengucap kata ‘sedulur’
di bagian lain dalam diriku yakni hatiku
mulai sibuk membuka kisi-kisinya
agar tersedia ruang yang cukup
bagi pribadi yang dimaksud oleh kata itu.
Bila mulutku mengucap kata ‘sedulur’
di bagian lain dalam diriku yakni pikiranku
mulai sibuk menyusun prioritas-prioritas
agar tersedia ruang yang layak
bagi pribadi yang tertuju oleh kata itu
Bila mulutku mengucap kata ‘sedulur’
di bagian lain dalam diriku yakni jiwaku
mulai mengingat-ingat kembali saat-saat indah
dimana kita pernah hidup bersama
di dunia keabadian sebelum ini
Itu pihakku
Apa yang terjadi dipihakmu
Aku tak tahu
karena hati manusia itu sedalam lautan seluas samudera
Tak seorang manusia pun mampu mengetahuinya
bahkan kadang dirinya sendiri
Maukah engkau mengatakannya kepadaku?

AKU PERCAYA

Dan ini, pada Peringatan St. Hieronimus, aku nyempatin nulis lagi.
Tentu aja tetap hanya untukmu sedulurku terkasih

Aku percaya
Saat malam dan pagi berkejar-kejaran tanpa lelahnya
aku mendapati diriku telah menggandeng tanganmu
Erat seakan tak ingin kulepas lagi
Meski sebenarnya aku tidak terlalu tahu siapa dirimu
Meski sebenarnya aku tak tahu
apa yang ada dalam benak hatimu
Meski sebenarnya aku tak tahu mengapa harus dirimu
Yang aku tahu pasti adalah
bahwa tanganmu kini telah erat dalam genggamanku
dan matamu tak menyembunyikan sesuatu
yang membahayakanku
Engkau rahmat baru dalam kehidupanku
Aku menaruh kepercayaan padamu

Aku percaya pada semua yang engkau lakukan untukku
sebagai sesuatu yang baik adanya
Aku percaya pada tatapan mata
yang engkau tujukan untukku
sebagai bagian dari perhatianmu
Aku percaya pada senyuman yang engkau buat untukku
sebagai sapaan hatimu yang hangat
Aku percaya pada doa-doa
yang engkau lambungkan untukku
sebagai usaha memelihara relasi yang mulai terbina
Aku percaya pada hadiah-hadiah
yang engkau berikan untukku
sebagai tanda bahwa engkau selalu mau hadir dekatku
Aku percaya pada sharing
kritik
teguran
pujian
dukungan
dan mungkin cacian
yang engkau sampaikan untukku
sebagai caramu mendampingiku
Aku percaya pada kemurnian
kesucian
dan ketulusan cintamu
yang engkau curahkan untukku
sebagai ungkapan kebaikan hatimu
yang mau mendukungku berjalan dalam
panggilan imamat ini
Dan sungguh
aku percaya aku tak akan mendapat malu

Wahai hati yang baik
kita bisa mewujudkan semua ini bersama-sama
Ya, kita bersama
Aku dan engkau
Bila Tuhan mempertemukan kita
dan lalu kita saling menanggapinya
aku yakin bahwa ada sesuatu dalam diri kita mulai ditumbuhkan
dibaharui
dan disempurnakan
Aku percaya akan hal itu

KAU SATU YANG KUPERLU

Sedulurku........
Pedih itu tetaplah pedih
Luka itu tetaplah luka
Susah itu tetaplah susah
Tapi bersama Tuhan yang tersalib aku boleh mencoba untuk berharap lagi:
pedih itu saat untuk tak selamanya
meneteskan air mata
Luka itu saat untuk tak selamanya
memikirkan diri sendiri
Susah itu saat untuk tak selamanya
menyeteru kegembiraan
Apalagi bila menyadari bahwa
Tuhan tak pernah memberi semua ini
bila aku tak mampu menanggungnya
Tuhan begitu mencintai orang
yang terus mau mengikutiNya
Tuhan tak berhenti membuat tanganku
lepas dari gandenganmu

Persaudaraan itu menguatkan
Itu yang tetap aku yakini
Persaudaraan itu menyembuhkan
Itu yang tetap aku harapkan

Persaudaraan itu memungkinkan apa saja
yang terasa tak mungkin digapai
Tangisku hari ini
Kepedihanku hari ini
Kekecewaanku hari ini
memang terasa tak terkira
Tapi sungguh......
Engkau menguatkan jiwaku
Senyummu membuatku bagaikan bertemu oase setelah sekian mil berjalan di padang sahara
Pelukanmu membuatku yakin aku tidak sendiri
Kecupanmu membuatku
yakin ada harapan di depanku
Bibirmu membuatku semakin yakin bahwa dukunganmu tak pernah berhenti untukku
Aku tak akan pernah bisa membalas kebaikan hatimu yang kau curahkan padaku hari ini
Apalagi aku yakin kau tak ingin aku sibuk
dengan pikiran membalas itu
Karena engkau memang ada untukku
Membuat hari hariku menjadi lebih bisa kuhadapi
kutapaki
kujalani
Trima kasih sedulurku
Kau satu yang tetap aku perlu
dan semoga saja Tuhan tetap membuat persaudaraan kita semakin kuat, murni dan suci
Aku berharap dan percaya ini

TAK ADA LAGI

Malam semakin larut
sementara batinku masih tegak terjaga
sambil melihat ragaku
yang duduk menghadap meja membisu

Aku merasa tiba-tiba segalanya menjadi samar-samar
aku cuma diam tak bisa berucap
aku melihat litani keyakinan diriku
aku melihat tumpukan refleksi hatiku
aku melihat aneka angan dan ide-ideku
aku melihat berderak-derak dukungan untukku
aku melihat banyak karya menantiku
dan entah apa lagi yang terlihat
semuanya tiba-tiba menjadi begitu samar
kabut ini memang tidak pekat
tapi sangat cukup untuk menghalangi penglihatanku

Apa yang bisa aku lakukan sekarang ini?
berjalan....berjalan....dan terus berjalan maju
sambil berharap semoga kabut ini lekas memudar
kini tak ada lagi yang bisa kuandalkan
selain percaya untuk berharap
anugerah ini tidak ditarik kembali
dan kakiku tak juga lekas letih
sungguh, aku terlihat bagaikan dua murid
yang berjalan kembali mudik ke Emaus

tak ada lagi yang kumiliki
selain hanya percaya dalam harapan
Tuhan, tambahkan percaya dan harapanku
Bunda bantulah aku memohon keduanya

MEMOHON KEKUATAN

Tuhan,........
Sekian lamanya aku berlelah diri
membangun cinta di antara aku dan dia
sekian lembar kuhabiskan
tuk yakinkan dirinya bahwa aku tak akan tergoda
sekian waktu ku biarkan hilang
tuk beri alasan mengapa aku membutuhkannya
bukan untuk membangun bahtera keluarga
bukan untuk menjadi ibu bagi anak-anakku
bukan untuk melepaskan diri
dari panjangnya kembara jalan ini
aku hanya ingin dia …..
menjadi patner dalam panggilan ini
menjadi saudari dalam bersharing soal hidup
menjadi malaikat dalam memperjuangkan kaul kemurnian
tapi sungguh,......
dinding tradisi priyayi terlalu keras kepala
untuk menerima maksud suci ini
aku sadar bahwa Kau memiliki rencana baik
dengan hilangnya dia dari pelukan rasa sayang dan kasih tulusku
yach,........
Untuk kesekian kalinya
aku mesti tak berdaya
bila harus menghadapi sebuah kecurigaan

Saturday, November 20, 2010

SKETSA

Aku cuman sket
meski kelihatannya udah jadi tapi sebenarnya belum
aku masih perlu diperbaiki sana-sini
masih perlu dipoles sana-sini
perlu ditata sana-sini

Aku cuman sket
masih jauh dari yang namanya ‘jadi’
karenanya aku sangat membutuhkan
tangan-tangan trampil agar aku menarik
ide-ide kreatif agar aku dilirik
hati yang penuh cinta agar aku mampu berempati...k

Aku cuman sket
yang mencoba menawarkan sesuatu
bila engkau berkenan,
syukur

Aku cuman sket
yang mencoba menghadirkan sesuatu
meski belum terlalu sempurna
bila engkau tertarik,
syukur

Aku cuman sket
yang bila engkau letakkan di tempat yang penuh berlianpun
tetap sket
yang bila engkau buangpun
tak pernah berubah wujud

Aku cuman sket
yang sangat membutuhkan kebaikan hati dan pikiranmu

Sekali lagi......
Aku ini cuman sebuah sket
tidak lebih tidak kurang !

JUMAT MALAM

untuk sahabatku
dan mereka yang menganggap diri sebagai sahabat
saat tubuhku tak mampu menghindar
dari tebaran jala sang dewi malam
yang menjadikanku tawanan pada puri-purinya
ada sepenggal kalimat meminta jawaban
aku berpikir tentang komunitasku
aku atau kita yang harus berubah ?!
setahu ingatanku aku telah menunjukkan diri
untuk tidak lelah berubah
tapi tak juga menunjukkan adanya perubahan
setahu ingatanku aku telah menghabiskan
banyak waktu untuk merenungkan
tapi perubahan itu tak kunjung tiba
setahu ingatanku aku telah banyak kehilangan
belaian jemari lentik sang dewi malam
tapi nampaknya perubahan itu
bagaikan sebuah kesia-siaan
aku tahu kesabaran itu tak boleh lekas menjadi puas
tapi bagaimana aku bisa lebih lama
bila selalu saja engkau mengatakan
inilah aku, ya seperti ini
aku tahu kesabaran itu tak boleh segera pudar
tapi bagaimana aku bisa terus begini
bila selalu saja engkau dengan keyakinanmu
menjejali semua ruangku dengan kata-kata
‘ ini proses ’
aku tahu kesabaran itu perlu dijalani
dengan sepenuh hati
tapi bagaimana aku bisa melakukan itu
bila kau nampaknya tak juga puas
menggoreskan luka pada hatiku

sahabat, yang berubah itu seharusnya kita
tidakkah kau yakin akan hal itu ?!
Pernahkah kau berpikir tentang kita ?!
Pernahkah dalam hidupmu satu kata itu
lebih tinggi prioritasnya ketimbang kata kau ?!
Andaikan selama ini engkau lupa
dengarlah kata-kataku:
renungkanlah tentang kita !
Bila engkau mau
aku akan menambah waktuku
untuk bersabar dan menunggumu

jalan yang kita tapaki dan semoga selamanya
adalah jalan yang sama
gerbong yang membawa kita dan semoga selamanya
adalah gerbong yang sama
perhentian yang akan mengistirahatkan kita
adalah perhentian yang sama
jadi bagiku sebuah kesia-siaan jika kita terus hidup
dalam arena yang terus saling menyakiti
adalah sebuah kebodohan kalau kita tak juga
menyelesaikan semua ini
adalah kesaksian cinta yang macam apa
yang akan kita teriakkan dari mimbar imamat kita

sahabat, aku tahu dengan pasti
bahwa diriku saat ini terluka
dan aku mengerti bahwa tindakan, kata dan sikapmu yang seperti itu
pasti juga karena engkau sedang terluka
kini ulurkanlah tanganmu agar aku bisa menggandengmu
masuk pada hari-hari penyembuhan
kurasa waktu kita tak cukup panjang lagi
karena dunia telah sangat menantikan
kita berdiri di atas mimbar imamat
menyuarakan indahnya cinta Allah
yang menyembuhkan kita
menunjukkan pada mereka bahwa kita tim
tak hanya dalam karya
tapi juga dalam hati dan roh

sahabat, sekali lagi
yang harus berubah itu kita
tak cukup aku saja atau engkau saja
tapi kita, engkau dan aku

Thursday, November 18, 2010

KEHENDAK ALLAH

kata itu lebih sering terasa
sebagai vonis ketimbang ajakan untuk berserah
bagaimana tidak,
nyata-nyata dengan akal sehat
ditemukan alternatif yang lebih manusiawi
yang lebih mengembangkan
tetapi ngotot untuk tidak digunakan

apakah itu bukan berarti keras kepala?
Kesewenangan mengatasnamakan jabatan
menutupi kelemahan diri yang tak terolah
dan ketidakmampuan menerima fakta
yang menakutkan dan mungkin
mengancam harga dirinya

dan ketika ‘sering’ itu mulai bergerak
menuju ‘setiap kali’
aku cuman bisa bertanya:
Allahmu itu macam apa sich?!
Kok kehendaknya selalu membuat
lahirnya sakit di dalam hati

Aku yakin bahwa kehendak Allah itu hanya satu
yakni: Mencintai
atau boleh dibilang ‘saling mencintai’
tapi kata ‘saling’ itu
tak boleh membuat kita berada pada posisi menunggu
karna kata mencintai adalah sebuah kata kerja
yang subyeknya adalah aku
sehingga setiap pribadi mesti mendorong dirinya
untuk mencintai tanpa menunggu

keyakinan itu membuatku merenungkan kalimat ini:
‘terimalah ini sebagai kehendak Allah’
kalimat itu seringkali muncul setelah seseorang
mengungkapkan argumennya
yang menuntut orang lain menerimanya
keputusan yang acap kali
tak memberi ruang untuk bertanya
tak menyediakan kesempatan untuk beralternatif
bisakah tetap diterima sebagai kehendak Allah?!

Aku sangat yakin bahwa Allah itu
pribadi yang sangat Maha segalanya
Ia pribadi yang lengkap nan sempurna
Ia sanggup mengubah kelemahan jadi kekuatan
Ia mampu mengubah penderitaan jadi suka-cita
Ia bisa mengubah dosa menjadi rahmat
tapi sungguh,
kehendak Allah bukan pertama-tama
supaya kita menderita, berdosa dan lemah
jadi jangan keliru

AMBANG PERPISAHAN

meski aku yakin bumi belum mau berhenti berputar
dan karena internet,
ia tak lebih dari bola basket
kecil.... kecil sekali
tapi menjelang keberangkatanmu ini
aku tiba-tiba berusaha menyangsikan keyakinanku itu
benarkah bentangan milyaran kumpulan partikel itu
sungguh terjembatani?
masihkah jutaan malam dan ribuan pagi
ada dalam lingkaran yang sama?!
adakah matahari yang akan menyengatmu
dan bulan yang akan mencemburuimu
seperti biasa kita saksikan?!

mengapa tidak wahai hatiku?!
Roh adalah jembatan yang tak pernah lapuk
sekalipun oleh deras berkepanjangan
adalah sun-rise dan sun-set yang tak akan berhenti
tawarkan keindahannya
adalah kehangatan dan kesejukan
yang akan terus membuatmu
menggapai harapan masa depan

dia pergi dan bukan menghilang
adanya pasti, kasihnya abadi
persahabatan itu jangan lagi membuatmu sangsi

saat itu juga
aku merasakan rohku
ikut menghantarmu sampai bandara
dan tanganku baru berhenti melambai
setelah telingaku tak lagi menangkap bunyi pesawatmu

selamat jalan sahabatku
selamat menggapai harapan citamu
pastikan selalu
bahwa tetap ada doa yang memohon
terkabulnya intensi-intensi pribadimu

HEBAT !!!

kawan, beruntunglah engkau
karna pada pemilu kali ini
engkau menyumbangkan suaramu
dan tidak memilih........
diam
itu berarti
seorang Samaria yang jernih hati
tidak ikut memperpanjang nafas orde baru
seorang yang sungguh peduli
dengan nasib bangsa dan negri ini
tidak takut prihatin terhadap rintihan dan jeritan
jutaan nyawa korban kerusuhan
jutaan nasib korban PHK
jutaan liter darah dari DOM
seorang yang memiliki idealisme
dengan kaki tetap menginjak tanah

kawan, beruntunglah engkau
menjadi mahkluk yang masih bijaksana
menghayati radikalisme
tapi untuk saat ini
lebih memilih kompromi

kawan, beruntunglah engkau
karna tidak memilih abstain !!!

Tuesday, November 2, 2010

KETIKA DIRI BERMETERAI 33

Apa sich yang membuat hidup ini menjadi begitu bergairah?
Apa pula yang membuat kita berani beranjak untuk menanggalkan dan meninggalkan tempat semula berpijak?
Harapan? Tantangan? Dendam? Cinta? Iba? Atau mood?
Terlalu banyak harapan akan membuat kita menjadi pemimpi
Terlalu banyak tantangan bikin kita menjadi capek dan ogah-ogahan
Terlalu dendam membuat kita membabi buta
Terlalu cinta membuat kita kehilangan logika
Terlalu iba akan membuat kita jenuh dan menyalahkan diri tanpa henti
Dan hanya mengandalkan mood kita kan menjadi masa bodo.
Adakah sesuatu yang besar tercapai melulu karena mood dan keluarbiasaan dicapai karena mood?

Orang bilang kalau pingin selamat sebaiknya tetap menjadi diri berada di tengah
Apakah itu berlaku mutlak?
Karena yang aku tahu, jika hangat hangat tahi ayam, maka akan dimuntahkan
Tak layak menerima bagian dari keluhuran yang disediakan

Mas, aku tak tahu apakah ini keberanian
Tapi aku bilang ini keyakinan batinku
Njenengan akan menjadi besar di bumi ini jika njenengan berani mengambil resiko
Menggerakkan antara harapan dan tantangan
Antara dendam dan cinta
Antara iba dan rasa hati seketika
Dalam diri setiap orang yang Gusti berkenan menjumpakan dia dengan njenengan

Mengapa?
Karena tak ada satu orangpun yang bisa bergerak tanpa letih
Tak ada seorangpun yang bisa berjuang tanpa kecewa
Dan tak seorangpun yang bisa bahagia tanpa terluka

Njenengan telah mengalami itu semua dalam hidup njenengan
Dan bukankah itu yang membuat njenengan menjadi seberani sekarang ini?
5000 orang itu bukan angka kecil tapi bukan angka yang tak bisa kita capai
Meterai itu telah njenengan setujui dan sungguh njenengan tak akan pernah bisa berlari dari hal ini
Kebahagiaan njenengan sangat ditentungan oleh pencapaian hal itu

33 hari ini mulai menjadi bagian hidup njenengan sampai setahuan yang akan datang
Ini adalah angka di mana Anak Manusia itu menujup segala aktivitas ragaNya
Ini adalah angka yang dipilih Bapa untuk Anak semata wayang-Nya
Ini angka yang menjadi monument tertinggi kenyerian Bapa melihat betapa bebalnya umat pilihan-Nya
Dan kini menjadi bagian dalam hidup Njenengan.

Matikanlah semua hal yang membuat njenengan tak leluasa bergerak
Matikanlah semua pikiran yang membuat njenengan tak bergairah untuk peduli
Matikanlah semua perasaan yang akhirnya malah membuat njenengan kehilangan segala-galanya
Biji kalau tidak mati dan jatuh ke tanah, tak akan mengubah peluang hina menjadi luar biasa
Anak Allah itu taat memasuki tanah dingin dan berdiam sejenak di sana sampai terompet paska itu
Meneriakkan alleluia serentak dengan kemegahannya
Tak ada waktu yang panjang untuk bertanya-tanya, perlu mati apa tidak
Matilah agar Paska Tuhan itu bisa nyata dalam hidup Njenengan
Dan 5000 orang itu melihat kemuliaan Allah nyata di setiap gerak tangan Njenengan
Saat perjuangan ini telah tiba
Tak perlu bertanya lagi di mana ada waktu untuk sejenak berbaring
Tak perlu lagi mencari-cari di mana ada oase agar sejenak menyegarkan diri
Ini saatnya mengibarkan bendera 5roti2ikan
Dan bekerja dengan segenap jiwa-raga-pikiran-rasa dan hati

Aku berada di samping njenengan
Sampai maut memisahkan kita

MENCINTAI

ketika engkau dalam pandangan
menjadi seorang pribadi yang sangat sulit
sementara aku masih yakin
bahwa datang di dunia ini
hanya untuk bersekolah tentang
bagaimana mencintai

bila aku mencintaimu
itu bukan karena Allah menginginkannya
percuma kita membahas itu
karena Dia telah menstempelkan itu pada hati
tidak hanya padaku dan padamu
tapi pada setiap hati
sejak awalnya

aku mencintaimu
karna akau menginginkan
kita bisa berkembang bersama-sama
atau paling tidak
diriku

HASRAT ABADI

‘dianing istiek’
bila tiba-tiba bolpoint ini
menuliskan namamu di lembar ini
pasti bukan tanpa alasan
apalagi sepagi dan sedingin ini

entahlah........
semuanya berjalan begitu cepat
secepatku tertegun
saat menyadari
bahwa semuanya itu
cuman mimpi
benar ! cuman mimpi
tapi boleh jadi
sebuah hasrat abadi

Monday, November 1, 2010

NARCISISTIK

Aku...........
Seonggok daging
yang direkat pada aneka bentuk tulang
hingga bisa tegak berdiri tanpa kehilangan
daya rapuhnya
lemah

Aku.......
Seorang Narcisistik sejati
kata orang aku sangat egois tapi nurut aku tidak......
Tidak salah sama sekali

aku benci sebuah perpisahan, karena itu berarti
aku tidak lagi bisa bermanja
aku tidak lagi bisa bergandeng tangan
aku tidak lagi bisa berpamer
aku tidak lagi bisa berpeluk mesra
aku tidak lagi bisa membau wangi tubuh elokmu
yang buat diri tenang tidak tegang
damai terhindar dari problem
kau adalah alatku tuk buang sepi hidupku

aku benci bila kau tak lagi ada di sisiku
karna itu berarti aku sangat merana,
aku sangat sendiri
tak ada yang memperhatikanku
tak ada yang membelaiku
tak ada yang bilang aku sayang kamu
tak ada yang melepaskanku
dari penat beban sebuah hari
yang buatku stress
yang buatku frustasi
kau hanyalah alatku tuk gairahkan hidupku

aku paling benci dikritik
karna itu berarti melawan aku
aku paling benci didekte karna itu berarti
memperkecil aku
aku paling benci dimarahi
karna itu berarti menghina aku
semuanya harus untuk aku
semuanya harus demi kepuasanku
semuanya harus bagi kemuliaan egoku
bahkan Allah yang di sorga sana
harus beri aku segalanya
bukankah aku sudah sujud berdoa
juga misa, novena, rosari dan puasa
apakah tidak cukup impas
buat terkabulnya segala permintaanku ?!

Kalau kamu ‘keder’ mendengar ini semua
lebih baik kamu menjauhi aku
kalau kamu merasa bercermin selalui tulisan ini
boleh jadi kita adalah sahabat
tapi ingatlah.......
Aku hanya cinta pada diriku saja

MET ULTAH

‘Etsa Dianing Hapsari’
gadis berwajah manis bertubuh langsing
bertinggi 158 berberat badan 48
yang punya ukuran sepatu 38
enak diajak ngobrol dan suka baca novel

bukan sebuah harapan bila kubilang
bersabarlah dalam hidup ini
karna bersabar itu utama di dalam berelasi
bukan sebuah teguran bila kubilang
berdoalah dan bertekunlah dalam doa
karna perubahan itu berpangkal dari sana
bukan sebuah permintaan bila kubilang
prihatinlah engkau kali ini
karna makin sedikit orang yang mau peduli
dengan orang lain
bukan sebuah hardikan bila kubilang
bersyukurlah untuk tambahan usiamu
untuk cinta dan kasih-Nya selama ini
untuk rahmat dan penyertaan-Nya
terutama di saat-saat sulitmu
untuk kerikil tajam yang ditabur agar imanmu teruji
untuk bahagia setelah menit-menit penuh duka
untuk kegelisahan terutama hari-hari ini
karna biasanya orang lupa ketika ia berada di atas
bukan sebuah mimpi bila kubilang
Etsa, met ultah ke-18 yach.....
aku tetap berdoa untukmu
meskipun tanganku tak mampu menyalamimu
dan mataku tak menjangkau bentuk fisikmu
Bukan ! Ini sebuah sapaan
karena cinta pada seorang kawan
yang pernah dipertemukan Tuhan
di kebisingan belantara Jakarta

SUATU SORE

aku bertanya,
dia menjawab dengan penuh keyakinan
aku bertanya lagi,
dia menjawab dengan sebelumnya
menarik nafas panjang
aku bertanya lagi,
dia menjawab dengan gusar disertai mata melotot
aku bertanya tapi belum selesai
dia memotong, menjawab dengan agak marah
aku memberanikan bertanya lagi,
dia berdiri dengan sikap sangat benci
aku nekad untuk bertanya lagi
dia memandang ke arah lain, memberi isyarat
aku belum selesai menyusun pertanyaan,
dua orang mendatangiku.....dan sayup terdengar
‘enyahkan anjing itu, karna mengganggu program
dan komunitas kita’

tapi dalam hatiku.........
‘untuk itukah ia dijadikan pemimpin bagi kami?!
Serasa tanpa pembekalan
kesabaran
kerendahan hati
dan keyakinan akan kebenaran
bahwa segala sesuatu di bumi ini
merupakan sebuah proses ?!’

CELOTEH MURAI-MU

Angkasa biru ini,
ternyata tetap untukku, Sobat.
mentari pagi, senja dan terik panasnya
juga tentap untukku
Sungguh aku tak pernah membayangkan
aku bisa keluar dari belenggu pekat ini
aku tak pernah mengira
bahwa akhirnya aku berjumpa denganmu
meski cuma seumur jagung
tapi itu lebih dari cukup

Sobatku, masihkah kau ingat
saat kau temukan aku pertama kali?!
Aku bertengger di sebuah ranting di tepi jalan
pada pohon yang mulai lapuk usia
Tubuhku dingin dibalut hujan semalam
bulu sayapku patah semuanya
sementara yang lain dibasahi oleh air hujan
Tiada hasrat di hati
untuk membuka paruh
menyanyikan tembang-tembang cinta
memuji alam dan penciptaNya

Kau tahu Sobat,
bahwa mataku mengalirkan air kepedihan ?!
hatiku pedih melihat perlakuan keji
jiwaku merintih karena himpitan kecurigaan

Kau tahu Sobat
aku sudah tak berpengharapan lagi
terlalu berat beban yang harus kutanggung
mereka memeras tenagaku untuk menghibur dirinya
tapi setelah itu mereka berkata
Murai kecil,
suaramu terlalu ke kanak-kanakan
kapan kau menjadi dewasa?!
Murai kecil
kau memang baik hati
tapi kebaikanmu tidak pada tempatnya
Jangan keliru,
bukannya kami tidak percaya padamu
tapi kamu masih terlalu muda
untuk menjadi bijak
lebih baik kau cepat pergi dari lingkungan kami
jangan rusak suasana rumah dan komunitas kami
jangan sok jadi pemimpin
karena di sini yang memimpin adalah kami

Sobat, pedih hatiku saat itu
siapakah aku ini
hingga mereka begitu perkasa
menjejakkan kakinya di dadaku?!
bukankah mereka juga diciptakan seperti aku ?!
bukankah mereka juga mengabdi
pada Dia yang aku abdi ?!

Aku telah banyak kehilangan kawan-kawanku
aku telah banyak kehilangan
kesempatan indah dan bahagiaku
tugas perutusan menjadi salah satu senar biola
di konser pencipta
terasa semakin berat dan membebani
aku tak sanggup menyelesaikannya
tlah kupupus indahnya cita-citaku
tlah kulacikan suka-cita masa depanku
kularikan tubuhku di antara lambaian tangan
sahabat-sahabatku yang masih setia
tlah cukup perjuanganku selama ini
lelah sudah hatiku bertahan dan melompat
dari satu dahan ke dahan yang lain
sampai akhirnya matamu menemukanku
tanganmu membelai tubuhku
dadamu menghangatkan hatiku
dan bibirmu mengecup paruhku
sambil berkata
kau kini bersama aku
kini kau tidak sendiri

Itulah saat pertama kali aku tersadar
betapa dalam dan indahnya sebuah cinta
sebuah kebetulan
sebuah perjumpaan
dan sebuah persahabatan

Kau bagiku
tak hanya sebuah ranting
tempatku bersinggah sejenak
tapi sebuah klinik yang membuat
kaki, sayap dan mataku
kembali mampu berdiri kokoh,
merentang lebar,
dan menatap tajam
menyongsong masa depan

Kau bagiku
tak hanya sebuah hati yang baik untuk bersandar
tapi sebuah balok cinta
yang memiliki pengertian yang utuh dan hangat
hingga hatiku mampu
memunculkan tunas harapan
untuk berani bergumul lagi di ladang cinta
hingga hatiku mampu mengucapkan
aku memaafkan kamu wahai pendurjanaku
hingga hatiku mampu melihat kembali
kebaikan-kebaikan tanpa dilambari
seribu perasaan curiga

Aku bersyukur pernah jatuh
ke dalam pelukan kasihmu
aku bersyukur karna kau pernah singgah
di perjalanan sejarah hidupku
emasnya hatimu
kan kujadikan kekuatan
meneruskan langkah panggilanku

Sobat, andai sekarang kau ada di sebelahku
kau pasti bahagia
karena melihatku telah benar-benar
menjadi mahkluk yang sembuh
ingatlah bahwa semuanya ini
karena kamu
bahwa Dia yang menghendaki aku sembuh
aku tak mengingkarinya
tapi bahwa kau yang melakukannya untukku
aku tak pernah mau melupakannya

Benarlah Sobat apa yang kau katakan
sebelum aku melayang-layang kembali
hidup itu bukanlah sebuah keadaan
bertahan, bertahan, dan bertahan
tapi sebuah keadaan
yang menyajikan kepada kita
aneka anugerah
untuk disyukuri dan dinikmati
juga dibagikan

Tuesday, October 19, 2010

TAK TERPISAHKAN

Rosalia Dini Marianingrum
sebatang cemara
yang diharap tetap langsing namun kuat
di sela rasa yang beragam
ku tetap ingin meyakinkanmu
bahwa kita tetap satu
kirimkanlah balasan
bila kau usai mengeja huruf-huruf ini

'perjalanan kali ini melelahkan sekali'
'ya, untung kau ada bersamaku'
'itu pasti dan untuk selamanya'
semoga itu juga yang ada di benak Sang Ilahi'

sementara semilir angin mengusap wajah-wajah
untuk kesekian kalinya kubiarkan mataku
mencermati indah bola mata
yang sesekali kau selipi dengan sebuah senyum
itukah yang membuat cuaca hatiku
tak pernah mengalami mendung?

Pengembara muda.... engkaukah itu?
cepat pergilah engkau dan tinggalkan bongkahan itu
Aku heran dan amat terkejut
dari manakah mereka datang
hingga lingkaran itu tiada lagi berlubang?
melihat tampangnya
mereka itu bagai srigala-srigala kelaparan
tangannya mengacung-acungkan
seperangkat benda lancip
dan mulutnya.....
menebar aroma dan kata yang memuakkan
cepatlah pergi engkau
sebelum kami berubah pikiran

Sang Ilahi
tunjukkan kebijakanmu
Pengembara muda, temanku selama ini
bongkah itu mendekapku erat
ini saat yang tepat untuk mencintaimu
untuk menunjukkan bagaimana harus setia
aku diam, tak mengerti arti kata-katanya
Dilepas diriku dan dengan enteng ia melangkah
yang kalian inginkan aku dan bukan dia
yang kalian khawatirkan seharusnya diri kalian sendiri
dan bukan aku atau dia
Wahai manusia-manusia berhati picik
dengar kata-kataku kali ini
Berhentilah menjadi budak kecemasan
yang tampilkan diri sebagai penjaga tradisi
Berhentilah menjadi seorang pelarian
yang tampilkan diri sebagai penolong budiman
Langit angan-anganmu telah berakhir
Senja citamu harus masuk liang lahat
Lihatlah kini
dongkakkan kepalamu yang keras itu
dan hatimu yang membatu
kepandaianmu tak mampu menghela nafasmu
ceramahmu tak menunda kekejian jiwamu
Kalian boleh menghancurkan apa pun
tapi jangan berharap untuk kali ini
Bongkah hati kembali mendekatiku
Teman.....
inilah saatnya hari pengurbanan itu
bukalah seluruh inderamu
tapi jangan gerakkan
biarlah keheningan hati dan budi kita
menjadi perisai bagi kita

Ditenggelamkannya kepalaku di dadanya
ada kedamaian tercicipi oleh hatiku
Dia terus mendekapku erat
sementara arak-arakan itu kian dekat
dan aku tak lagi tahu akan apa yang terjadi
karena kini aku seperti ada di dunia lain

tanganku dan tangannya tetap bergandeng
langkahku seirama dengan detak nadinya
senyumku gambarkan sisi hatinya
dan aku merasa
aku bersatu dengannya

teman.......
kini kita tak lagi bisa terpisah !

MURAI KECILKU

Muraiku,
saat aku pertama kali menemukanmu
di antara aneka burung,
kau murai yang indah dan memikat hatiku.
Bulu dan kicaumu
melantunkan pesona tembang idaman setiap hati
Meski di kedua biji matamu
kutemukan lukisan telaga
yang tertutupi awan yang kelam

Muraiku,
aku tak ingat lagi
mengapa tiba-tiba

telah membuah keinginanku
untuk bertemu denganmu lagi
Dan entah mengapa tiba-tiba
Sang Yang Kasih membuat kita saling jumpa.
Tak cuma itu,
kini kau tinggal amat dekat denganku.
Hal itu tak hanya membuatku bahagia
tapi lebih dari itu
kini aku melihat telagamu itu
mulai melukiskan rekahan
Sang Fajar suka cita.

Muraiku,
meski kau bahagia bersamaku,
aku bukanlah tempat tujuanmu.
Aku bukan sebuah sarang
atau pondok yang nyaman di huni,
yang bisa membebaskanmu
dari panas dan dinginnya hujan.
Aku hanya sebuah ranting
yang hanya bisa membuatmu sejenak beristirahat
sejenak memperdengarkan suaramu
sejenak merapikan bulu-bulumu
dan sejenak menguatkan tarikan nafasmu
sebelum kau melayang lagi
ke langit dan awan-awan.

Aku bukan dewa yang sakti
yang bisa membuatmu perkasa dan sempurna
Aku hanya teman
yang kebetulan bertemu denganmu

Aku hanya teman
yang mencoba untuk setia
menunggui tumbuhnya
bulu-bulu sayapmu yang patah

Aku hanya teman
yang dengan penuh kasih sayang
ingin memompa optimisme hatimu
untuk kembali memiliki harapan
bagi masa depanmu

Aku hanya teman
yang menginginkanmu
semakin memiliki hati yang putih
agar sayapmu tak patah oleh angin dan badai
matamu tak buta oleh sinar silau matahari
telingamu tak tuli oleh jeritan cerca dan celaan

Aku hanya teman
yang mampu berikan setetes air
untuk membasahi paruhmu
agar nyanyianmu makin terdengar merdu
hingga orang makin mengenalmu
sebagai pembawa damai
pembawa suka-cita
dan pembawa obat di saat kangen menyerang

Aku hanya teman
yang selalu ingin meyakinkanmu
bahwa sebentar lagi
kau akan mampu terbang
melayang ke langit dan awan-awan

Aku hanya teman
yang menyediakan telinga
untuk mendengar dan mengagumi
indahnya lantunan tembang kicaumu
dan syahdu nada laramu

Muraiku,
Aku dulu juga seperti kamu
pernah terlunta dan tersisihkan
oleh api cemburu dan bara iri
tapi alam mengajariku
bagaimana menjalani sebuah hidup

Sekali lagi, Wahai Murai kesayanganku....
aku bukan sebuah perhentian abadi
aku hanya sebuah persinggahan sementara
Tidak bijak bila kau memutuskan
untuk berhenti lama di sini
karena sebelumnya kau tak pernah bercita-cita
hanya ingin sampai di sini

Jangan biarkan hatimu berkeras
tak mau meneruskan langkah dan angan sejatimu
Jangan biarkan budimu berkeras
tak mau melanjutkan panggilan Sang Ilahi
untuk menabur dan menyebar benih-benih cinta
pada orang-orang yang pada pagi-pagi buta
harus berjalan kaki menuju pasar dan ladangnya

SEBUAH PERJALANAN

Rosalia Dini Marianingrum
sebuah pijar fajar
di perbatasan keputusan untuk hidup baru
Denganmu kutemukan ketidakmurnian kasihku
padamu kutemukan timbangan bijak
di antara neraca-neraca
buatan egoisme diri
Kumau kau membacanya
dengan budi beningmu
dan sesegera mungkin mengirimiku
buah-buah pemenunganmu

Di bawah keremangan senja ini
aku terdampar di sebuah kuil tua
meski terawat tapi tak juga menghilangkan
kesan seram dan magis

Kubiarkan jari-jariku memukul-mukul portalnya
dan mulutku berteriak-teriak nyaring
Seorang tua berdiri di hadapanku
dengan mata tajam mengumbar tipisnya sebuah senyum
Bapa, ijinkan aku menunda langkah malamku
untuk sekedar duduk di hadapan Sang ilahi
tangannya masih meraih pundakku
ada suka cita dalam hatiku
mirip suka cita Sang Dewi
dengan Saudari tuanya

Lorong-lorong kuil itu dipenuhi dengan ornamen-ornamen masa lalu
sungguh indah tapi aku tak bisa menikmatinya
Lorong-lorong kuil itu
dipenuhi dengan cahaya remang-remang
tapi menerbitkan matahari dalam hatiku
Lorong-lorong kuil itu
tak menyediakan buang-bunga
toh harum dupa mencoba menggantikannya

Aku bersila diantara penghuni kuil itu
mereka bagai mati
mematung seluruh raganya
memberi kesan ilahi

Kucoba tuk heningkan batin
melangkahi semua hasrat
untuk mengungkap dalam kata

Tubuhku memang bersila
tapi tidak demikian dengan jiwaku
Dituntun oleh bongkah hati ilahi
kuteruskan perjalanan batinku di kembara imamat ini
tuk ucap syukur atas setiap dan semua anugerahNya

Jalan kembara ini terasa indah Tuhan
dia yang kau kirim untuk menemaniku
dalam perjalanan ini
ternyata menyimpan banyak cerita
yang tak hanya memberiku kekuatan
untuk meneruskan langkah diri
tapi juga memberi spirit
untuk menghasilkan buah-buah

Jalan kembara ini
meski menuju puncak golgota
yang pasti memiliki banyak keterjalan
serasa tak melukai kulit kakiku
dia yang Kau berikan untuk menemaniku
memiliki banyak cerita
hingga perhatianku tak tercurah
pada kakiku tapi pada isi ceritanya
tentang bagaimana orang
harus menderita untuk orang lain
harus memikul dosa orang
yang mengganggap diri tidak berdosa.

Jalan kembara ini
kini terasa tak membosankan, Tuhan
dia yang kau hadiahkan untuk menemaniku
dalam perjalanan panjang ini
memiliki banyak cara
tuk buang pikiran bosan
ia menunjukkan padaku
bagaimana seorang gembala
tak hanya cukup
memiliki kepiawaian dalam memimpin
membangun
memelihara
dan melayani jemaat
tapi mengajariku juga
dengan bagaimana menjalin
relasi hangat denganMu
relasi yang punya dua sisi
kadang bertabur kecemasan
tapi kadang bertabur peneguhan
kadang bertabur penyesalan hati
tapi kadang bertabur suka-cita pengampunan
kadang bertabur kepedihan asa
tapi kadang bertabur optimisme

Kata-katanya mengisi
ruang Sang Dewi dalam diriku
suaranya memenuhi ruang kelembutan
yang ada padaku
Kecemasan hatinya menyuplai ruang cinta
seorang kekasih dalam diriku

Jalan kembara ini
kini terasa mempesonakan, Tuhan
bagai panorama senja
yang menyuguhkan tembaga peraknya
langit biru-Mu
bagai sebuah jalan yang tertaburi
dan berdinding aneka bunga
dia yang Kau anugerahkan untuk menemaniku
memiliki senyum manis yang abadi
senyum yang membuatku
tak lagi merasa lelah
berjalan dari lorong ke lorong
untuk menabur benih kebaikanMu
senyum yang melahirkan kepastian pada batinku
bahwa Kau memiliki sejuta cara
untuk menguatkan pelaksanaan perutusan ini
senyum yang menumbuhkan
semangat perjuangan
untuk tak gentar menghadapi badai
kesulitan hidup ini
senyumnya melukis keagungan kasihMu
senyumnya menggambar kepedulian cintaMu
senyumnya mewujudnyatakan
kesetiaanMu padaku

Jalan kembara kini
terasa bagai siang abadi, Tuhan
dia yang Kau utus untuk menemaniku
berjalan terus sampai ke ujung bumi
untuk memenangkan setiap hati
untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa
agar kerajaan-Mu makin dikenal dan meluas
agar kerajaan-Mu makin kokoh di bumi ini
menguatkan asaku kepadaMu
pelukan hangatnya menginspirasikan padaku
bagaimana aku mesti memberi
pada setiap hati kehangatan
agar mereka yakin bahwa hanya Kau saja
yang mampu menghangatkan hati mereka
pelukan lembutnya membuka budiku
bagaimana aku mesti memperlakukan setiap jiwa
agar mereka yakin bahwa cintaMu
mampu mengatasi setiap jiwa
yang setegar padas

Jamahan penuh cinta itu
mendarat pada bahuku
Saudara muda
fajar telah penuhi kuil ini
Bapa, terima kasih atas kebaikan hatimu
semoga yang mencipta kita melihat itu

Aku beranjak
meninggalkan kuil tua ini
dunia telah menungguku
sementara kesetiaan teman perjalanan ini
semakin melumuriku
dengan ketulusan rasa sayangnya

Alia, abadilah engkau dalam hatiku
kekal-lah engkau dalam jiwaku

PULAU GANJIL

Rosalia Dini Ristikaningrum,
sebuah oase di antara tembok-tembok gurun.
Ini kali kedua aku kirimi kau
buah pengembaraan yang tak juga selesai.

Di jalan kembara ini,
aku terdampar,
di sebuah tempat,

sebuah tempat yang ganjil.
Bagaimana aku mesti jelaskan
keganjilan ini ?!
bagai sebuah restoran,
yang dibangun dengan bangga
di antara warung tegal.
bagai sebuah pasar swalayan,
yang berdiri dengan angkuh,
di antara istana para gelandangan.
bagai sebuah pulau,
yang dihuni manusia modern,
yang hidup di antara bayang masa lalu.


Terdampar di pulau ganjil ini,
membangkitkan ingatanku padamu.
Sosok yang laksana,
sebuah diri yang berbeda dari kebanyakan,
sebuah lingkaran
hasil paduan garis-garis lurus,
sebuah pecahan ombak
yang menyentuh kaki-kaki tembok kota,
sebuah nyanyian yang lahir
dari bibir-bibir yang diam,
sebuah Daud yang menang atas Goliat.

Itukah yang membuat sampai saat ini,
jiwaku tak lelah sebut namamu,
anganku tak jemu membayangkanmu,
budiku tak bosan memikirkanmu.
Itukah yang membuat sampai saat ini,
tak pernah bermimpi,
bahwa suatu saat aku sendiri.
tak pernah ber-angan,
bahwa suatu ketika aku kesepian,
bahkan, tak pernah berharap,
bahwa suatu nanti aku mati.

Terdampar di jalan-jalan pulau ganjil ini,
aku saksikan realitas tanpa logika.
bagaimana tidak ?!
Penghuninya hidup
bagai di sebuah padepokan,
dipimpin oleh seorang perempuan,
dibantu oleh enam tetua,
semuanya perempuan.

Pimpinan itu punya usia lebih muda,
dibanding enam yang lain.
Nampaknya ia dipilih,
karena kepintarannya memikirkan hidup,
bukan karena kepiawaiannya mengolah hidup.
Rupanya ia dipilih,
karena ketegasan otaknya,
bukan karena kehangatan cintanya.

Perempuan seperti itu,
tak pernah aku jumpai ada di negeri kita.
Ia nyaris tak berperasaan.
meski tiap omongannya
menekankan 'pakai rasa-mu'.
Penuh hari-harinya
dengan pergulatan logika tanpa henti
hingga ia lebih terkenal,
karena kepandaiannya,
ketimbang kebijaksanaannya.

Perempuan seperti itu
tak pernah aku jumpai ada di negeri kita.
Ia keras laksana padas pegunungan
yang tak lapuk oleh gada para dewa.
Ia panas laksana api Gomora,
bila panasnya menaik,
pulau itu bagai sebuah babi panggang.

Tiada kelembutan tergambar pada matanya,
sorotnya bagai papan bertuliskan,
'kau lemah-tak berguna enyah dari hadapanku'.
Ingatannya akan kesalahan para hambanya,
mengundang decak kekaguman,
mirip sebuah mesin komputer.

Aku bertanya pada beberapa orang
yang kebetulan aku jumpai.
Bahagiakah negeri ini ?!
Masih berlakukah hal itu untuk kami ?!
Tiadakah yang melawannya ?!
Masih berlakukah sebuah perjuangan ?!
Mengapa tidak ?!
Kami telah menganggapnya mati,
meski dia nyata-nyata masih hidup,
meski kami tahu,
andai dia tahu pikiran kami,
cemeti ucapannya adalah sebuah ganjaran.
Tiadakah yang melarikan diri ?!
Masihkah hal itu berguna bagi kami ?!
mengapa tidak ?!
Kami tak pernah mengangkatnya
menjadi pemimpin atas diri kami
Kami hidup bukan oleh perintah-perintahnya,
dan tak akan mati oleh tuntutan-tuntutannya.
meski kami tahu,
andai dia mendengar ucapan ini,
siksa kerja paksa
menjadi nyanyian hari-hari kami.

Kawan orang itu mendekatiku,
menarikku jauh dari orang yang kutanyai,
kubiarkan tubuhku dibawanya.

Perempuan itu sebenarnya baik,
ia mulai berkata,
dia tak pernah membunuh rakyatnya,
kalau rakyatnya membuat dosa padanya,
dia akan mengucap kata-kata demikian:
'sebenarnya hari ini
adalah peringatan seratus harimu'
Perempuan itu sebenarnya tegas,
lanjutnya.....
dia tak pernah memvonis rakyatnya,
kalau rakyatnya membuat dosa padanya,
dia hanya mengucap kata-kata demikian:
'kamu benalu bagi negeri ini'

Saudara,
tiadakah di sini angin pembaharuan ?!
Kami mengenal itu,
bahkan kalau tidak salah,
angin itu produk pulau ini,
sayang kami tak pernah merasakannya.

Tiba-tiba kudengar ada orang berteriak-teriak
'perempuan itu terlalu pandai untuk dikalahkan'
'kami masih memerlukan
maka tidak kami bunuh'
'kami masih mengharapkan dia bisa bertobat'
'Saudara bermimpi’, spontan aku berteriak
'bukan, kami bukan bermimpi.
pulau ini tak mengenal istirahat'

Ada hening menjeda ruang kelahi kami.
'meski dia arsitek pembaharuan,
tapi itu berasal dari masa lalu,
dari file-file yang mestinya sudah dirombengkan',
katanya dengan kejengkelan yang hampir
tak terdengar.

Pernah suatu ketika,
ada petani yang digiring ke penjara,
akibat salah menaburkan pupuk
Petani itu sesambat-melas,
'Ratu, beri hamba sedikit waktu'
'Kau, tak mungkin bisa berubah,
andai bisa,
paling-paling hanya nol koma nol sekian'
Pernah juga suatu waktu,
ada kawannya mencoba memberi pembelaan
'Ratu, dengarkan perkataan kami'
'Jangan libatkan relasi baikmu dalam masalah ini'

Sahabat, meninggalkan pulau ganjil ini,
ada secuil harap bagi negeri tercinta,
semoga dalam negeri kita,
Tuhan tak pernah merencanakan
akan lahir seorang ratu yang demikian.

Sahabat, melangkah jauhi pulau ganjil ini,
ada sungai mengalir dari belahan mataku
sungai yang berwarna kepedihan yang menyayat,
'penjaga hidup itu, kini berbaju serigala'
'pemelihara sorga itu,
kini membawa bola-bola neraka'
'penghibur jiwa itu,
kini terus mendendangkan nyanyian kematian'
'penghadir cinta itu, kini bermahkotakan maut.
'pengganti Tuhan itu, kini berkarib
dengan penghuni alam pengap'

Sahabat, menjarak dari pulau ganjil ini,
tiba-tiba aku ingat akan penggalan kata-katamu,
yang kau ucap untukku di sebuah suratmu.
'hidup itu punya dua sisi,
bukan untuk menjaga keseimbangan,
tapi untuk melatih orang,
menjadi bijaksana.
hidup itu punya banyak variasi,
bukan untuk sekedar memberi warna,
tapi untuk melatih orang,
piawai dalam mencinta.

Menyeberang jauh dari pulau ganjil ini,
aku menenteng sebuah tanya:
'Apakah ini keinginan Tuhan juga ?!'
atau.......
'gelora nafsu sebuah setan yang menyebut diri
sebagai wakil Tuhan ?!'

Kumau kau nyannyikan sajak-sajak rindu,
agar aku merasakan kehadiranmu,
dipanjangnya jalan kembara ini.

SAMA PENTINGNYA

Rosalia Dini Mawantiningrum
di kelokan sungai-sungai pedalaman
yang menebarkan aroma khas
kayu-kayu dan derap ayunan dayung
Terimalah ini dan jadikan kenangan terindah
dalam sejarah perjumpaan kita

Ada satu hal dalam hati kita

yang tak ingin kita wujudkan
meski hal itu mungkin
Jalan boleh berbeda
tapi hati kita tak pernah boleh berbeda
berpindah dan berubah warna
Ada janji di antara dua hati dan budi
untuk tetap menjaga kita
agar makin jauh dari angan yang tak setia
Putihnya cayank dan cinta yang tulus
memahat pada hati kita
tonggak-tonggak persaudaraan suci ini
Sebuah janji lahir untuk ditepati
dan itu berarti
butuh saling percaya dan saling bantu
kau ingatkan aku dan kuingatkan engkau

Ah, sungguh suatu langkah yang sulit,
betapa tidak?
Ayunan langkah hati diusahakan makin sama tapi tanpa harus terlebur
Ah, sunguh suatu keadaan yang melelahkan,
betapa tidak?
Taburan rasa hati yang penuh cayank
makin tercurah
tapi mencukupkan diri
di area tonggak-tonggak persaudaraan
Tuhan rencanaMu amat indah
Kami berdua
percayakan semua ini dalam tanganMu
terjadilah kehendakMu atas diri kami
merajalah Engkau dalam hidup kami
Kau telah memulai, Tuhan
Jangan Kau henti di tengah jalan.

Jika Dia yang membuat kita bertemu
yang membuat kita menerima
aneka anugerah kebahagiaan
yang membuat kita menjadi sekarang ini
dua insan yang saling menyayangi dan mencintai
satu sama lain
memberi kita sampai batas ini
tentu bukan tanpa maksud
Dia tahu betapa sulitnya hal itu bagi kita
karnanya Dia pasti akan membimbing kita
untuk melaksanakan semua rencanaNya itu
Pada kita hanya diminta percaya dan yakin
bahwa inilah
rencanaNya yang terbaik bagi kita berdua
Jika Dia mempertemukan kita baru seusia ini
untuk saling berbagi suka dan duka
saling mendukung,
saling mengusahakan kesucian
adalah setia
Pada hati kita akan ditanamiNya
aneka cara dan keteguhan hati untuk setia

Jika Dia yang melahirkan pada hari-hari kita
kebahagiaan hati dan batin
yang menumbuhkan
sejuta rasa cayank dan cinta
terbalut oleh rindu yang tetap ada
adalah cinta
Pada hari-hari kita akan ditaburkan kepiawaian
untuk memelihara cayank dan cinta
yang telah ada di hati kita

Berlaksa syukur dan terima kasih
karna cinta-Nya yang amat besar pada kita
Berjuta puji karna pada kita
diselipkan sejuta rasa cayank dan cinta
agar kita makin bergairah
dalam mengarungi samudera kehidupan ini

Hari-hari kita akan menjadi
sebuah konser simponi cinta
yang menembangkan
aneka curahan rasa cayank
hari-hari kita akan dipenuhi
dengan bunga-bunga suka cita kebahagiaan
seperti penantian pagi
yang setia menunggu menyembulnya
pucuk-pucuk mawar
yang merekahkan senyum indahnya
dan menaburkan harum wanginya

Anugerah itu butuh tanggapan
memerlukan jawaban dari kita
menuntut dengan penuh kasih
kepercayaan dan penyerahan yang tulus dan sadar
terutama saat kerikil-kerikil
mulai tertabur di jalan-jalan kita
saat terik keegoisan mencuat
mengiba kepemilikan akan sebuah diri,
ruang dan waktu
saat semilir badai ketanpajelasan
mencoba porak porandakan
layar-layar kebersatuan hati kita

Sekali lagi,
tak ada hujan yang mandeg
sebelum tetesnya jatuh dan meresap
dalam perut bumi
tak ada rencana yang akan kembali pada Dia
tanpa lebih dahulu mengalami saat perwujudannya
Dia yang mendampingi persaudaraan kita ini
adalah setia
maka yakinkan diri bahwa kita
akan selalu dibimbing untuk tetap setia

Semua ada waktunya
Ada waktu dimana kebahagiaan
bagai dicurahkan saja
Ada waktu dimana setiap kali
mata memiliki kesempatan untuk menikmati
bentuk-bentuk tatapan dan senyuman
Ada waktu dimana tangan-tangan kita
bersatu dalam gandeng dan pelukan
sebagai ungkapan kehangatan cayank
dan dukungan kita
Ada waktu dimana muka-muka kita tiada terlindung dari kepekatan tradisi yang penuh kecemasan
Kebersamaan melahirkan aneka kesan indah
pada jalan hidup kita
Keindahannya menciptakan aneka keberhasilan
pada hidup kita
Kita patut berlutut di haribaan-Nya
untuk menghatur berlaksa syukur
dan terima kasih pada-Nya

Kini tugas merentang sebuah jarak
di antara aku dan kau
Rentang jarak tak pernah punya maksud
mengurangi kebahagiaan
tak pernah berarti keterpisahan
apalagi sebuah akhir
tapi saat menguji kesetiaan
mencoba kedewasaan hati dan budi
Rentang jarak tak pernah menghendaki kita berdua
berhenti menyayangi dan mencintai satu sama lain
Rentang jarak adalah saat untuk menabung rindu
saat untuk mengumpulkan kangen
saat untuk memperkuat diri dan persaudaraan
Kedekatan boleh tertunda
tapi hati yang berdampingan
tak pernah akan boleh lelah berasa
bahwa ini hanya sementara
Kesendirian itu sama pentingnya dengan kebersamaan

Friday, October 15, 2010

NERACA

Rosalia Dini Ristikaningrum
sebuah telaga yang tetap bening
yang mampu menerima aneka warna air
dari sejuta anak sungai
tanpa menjadi keruh
Di perbatasan Desember - Januari ini,
sebuah hati memaksaku
memikirkan relasi akrab kita

Bahwa mata insaniku melihat manis
sosok penampilanmu
Aku tak menyangkalnya
tapi mata hatiku lebih melihat manis sosok Yesus
Bahwa hati insaniku
merasakan kehangatan kehadiranmu
Aku tak mengingkarinya
tapi hati jiwaku lebih merasakan
kehangatan kasih-Nya
Bahwa jiwa insaniku menikmati
kelembutan perhatianmu
Aku tak menyangsikannya
tapi jiwa ilahiku lebih menikmati
kelembutan kebaikan-Nya

Tak hendak aku membandingkan dirimu yang telah membuat hari-hariku bagai di taman bunga
dengan sosok Yesus yang telah membuat aku mampu dengan sadar menerima diriku ada di taman bunga
Tak bermaksud aku membandingkan dirimu yang telah memberi banyak inspirasi dalam hidupku
dengan sosok Yesus yang telah memberi aku mampu dengan rendah hati menerima inspirasi itu
Tak ingin aku membandingkan dirimu yang bagiku lambang kejujuran dan keceriaan
dengan sosok Yesus
yang bagiku sumber dari segala lambang yang ada

Tak mau aku melakukan pembandingan ini
karna kau memang bukan bandingan-Nya
Kau punya arti bagi hidupku,
ku mau kau tahu itu
Kau sisi lain dari Yesus sendiri,
ku mau kau menyadari itu

Ku ingin mencintaimu dengan cinta Yesus sendiri
Ku ingin mengasihimu seperti Yesus telah melakukan-Nya selama ini padaku

Bersamamu .......
ku ingin meraih cita-cita hidup kita masing-masing
Bersamamu ........
kuberharap hari-hari kita
dipenuhi oleh Roh Kudus Allah
Bersamamu kuberangan kita sungguh mampu memerankan diri
sebagai anak dan saksi kebaikan-Nya

Alia, tak ada yang pernah bisa menggantikanmu.
Ku mau kau tetap yakin akan hal itu !

DERMAGA

Rosalia Dini Ristikaningrum,
sebuah neraca di celah-celah rindu dan dendam
ini tulisanku yang kesekian kali
untukmu dan untuk melepas kuk
yang terpasang di antara kepala dan kaki-kakiku
yang menjadi saudara
dalam penggembaraan panjang ini.

Saat aku sampai di dermaga ini
langit merona tembaga
ribuan camar berebut cium
tubuh ayu samudera
sesekali terdengar ceriapnya
memberi kesan dunia bahagia
sementara itu.......
anganku melayang jauh
jauh dan jauh
melewati awan tipis yang berserakan
melampui jauhnya mata memandang


Di dermaga ini
sekian tahun yang terlewat
ruang inkarnasi terbentuk
berdinding kerelaan
berwarna kehangatan cinta
berlantai percaya dan asa
beratap kurban dan doa

Dermaga ini
penghulu bersatunya dua hati
yang menjanji tak akan bersama lagi
Hangat nafasmu
masih terasa disela-sela daun pendengaranku
cempaka baumu
masih menempel pada aura kehidupanku
keyakinan hatimu menguat lewat matamu
persis berkas tembaga senja
dan saat gelora pasang
bersandar pada jendela dunia itu
bual banjir
bercampur dingin
ada kecup tulus di bibir
ada hujan tubuhmu
ada lambaian kepedihan
dan.......

Di dermaga ini
sekian tahun kemudian
haruskah ruang inkarnasi itu berantakan ?
haruskah hancur oleh kesunyian hati ?
dan kesunyian jiwa ?
dan tiadanya warna merah membalur wajah ?
haruskah berakhir dengan kerinduan yang tak tertahankan ?

Kakiku masih tertancap erat
di tubuh pertiwi
dan helai mantol putih
masih melekati kulitku
Sayup kudengar suara hatimu
membisik nyaris hilang
'tak usah kembali
bila bara cinta itu masih berkobar !'

Sementara........
air berlomba menyapa tubuhku
dan senja bertanding membalut jiwa
kutekuk kakiku menyebut penggal nama itu
sambil menepuk dada tiga kali !

SEBONGKAH HATI

Rosalia Dini Marianingrum
Sebuah bintang fajar
yang amat setia dalam perjalanan
meraih mahkota surgawi
Ia keheningan sebuah pagi
yang belum terjamah oleh derit timba
dan riuh kokok ayam jantan
Ini entah kali ke berapa
aku kirimi kau dialog hati dan budi
selama aku jauh dari pandangan insanimu….

Sore itu
ada kerumunan sejuta manusia
aku tak tahu alasan terbentuk kerumunan itu
dan aku tak pernah mau tahu
Tapi saat kaki hendak menyeret raga
tuk tinggalkan semua itu
ada pijar di langit
jatuh di tengah samudera manusia
Batin beningku berucap
ada kiriman sesuatu dari Yang Ilahi
Secepat orang mengambil nafas
setelah ia menghembuskannya
kudekati pijar indah itu
Aku tak pernah menyangka
bahwa pijar itu sebongkah hati
yang menyimpan seribu keprihatinan dunia
yang membawa tangis dan suka cita semesta

Setiap dari yang memandangnya
tergoda untuk memilikinya
tapi karna nafsu tak teratur itu
tiada tangan mampu meraihnya
bahkan tiada daya tuk gerakkan semua itu

Aku mendesak maju
meraih setiap kecemasan nafsu yang ingin memilikinya
Kupandangi bongkahan itu
memancarkan warna lembut
dan pesona yang membuat hati nuraniku
bagai teriris-iris
Ku sujud di hadapanNya
kusatukan tanganku
kutarik seluruh nafas ilahiku
Sementara tanganku mulai mencoba meraihnya
batinku berucap nyaring
Penguasa Semesta.....
yang hanya memiliki satu cinta
terima kasih atas semua ini
Bongkah hati itu
kini ada dalam dekapan rasa sayangku
rasa sayang seperti milik ibuku
kini ada dalam dada kasihku
yang sehangat milik Anak Penguasa yang mengasihiku
Bergetar jiwaku karenanya
sebuah getar suka cita
mirip suka cita Yusuf
ketika dikeluarkan dari sumur kering
Suka cita yang terbalut rasa cemas ilahi

Sesaat aku melangkah
tuk berdiri digundukan bumi yang paling menonjol
Wahai manusia yang ada di sekitarku
arahkan mata batinmu
arahkan budi hatimu
berikan padaku telinga-telingamu
berikan padaku alat pengecapmu
Hari ini Penguasa Semesta
yang hanya terdiri atas cinta
berkenan memberi kita sebongkah hati Ilahi-Nya
Apa pendapatmu ???

Ada jeda menghening kuasai alam pijakan kami
melahirkan aura berpikir pada yang hadir
'Rahib muda itu mau apa
dengan bongkah cemerlang itu ?'
'Ia hendak menguasai kita !'
'Pakaiannya saja putih, tapi hatinya ?'
'Sanggupkah ia memelihara itu ?'
'Ah ternyata ia punya nafsu juga
untuk memiliki sesuatu,
sudah lupakah dia akan janji kemelaratannya ?'
'Mungkin ia seorang dewa.'
'Mungkin juga tetengik yang berlagak dewa.'
'Mengapa kita tidak segera melenyapkannya ?'
'Kita lihat saja, apa yang akan dilakukannya
dengan bongkah hati itu.'

Suara-suara sumbang itu terus membahana
tapi aku tetap mencoba tegakkan kaki
keyakinanku telah bulat
bahwa bongkah hati ini
dikirim oleh Yang Cinta untukku

Wahai manusia-manusia berbudi
jangan menangis bila sekiranya
Tuhan suatu hari menolakmu
dengan berkata 'Aku tidak mengenalmu'
Kalian diberi budi yang luhur
mengapa hanya kalian gunakan
untuk memikirkan sebuah memory?
Buka matamu lebar-lebar
buka telingamu lebar-lebar
buka hatimu lebar-lebar

Tuhan memberimu budi yang tinggi
bukan untuk memikirkan memory-memory
bukan untuk membangun
tembok-tembok tradisi priyayi
bukan untuk membelenggu rasa ilahimu
bukan, sekali lagi kukatakan: bukan !
Dia ingin dengan budimu
kau selalu memiliki hidup yang baru
Dia ingin dengan budimu
kau selalu siap mencintai
Dia ingin dengan budimu
kau selalu punya sikap mengampuni
Bongkah hati yang ada di tanganku ini
akan mengajari kita
bagaimana memiliki hidup yang baru
akan memampukan kita
selalu memiliki kesiapsediaan dalam mencintai
akan memberi contoh kepada kita
bagaiman memiliki
hati yang tak pernah lelah memberi ampun
Ada yang ingin melempar sebuah tanya ?

Bulan yang selama aku bicara
bersembunyi di balik mega tipis
tiba-tiba memperlihatkan cahya senyumnya
Aku pandangi setiap wajah yang mengelilingi
kucari di sana batin yang percaya
kutemukan sejumlah jemariku
itupun amat samar
akibat kekerasan kepala ?
akibat kepicikan budi ?
akibat tiadanya cinta ?
karena terlalu lama mereka hidup dalam ketakutan ?
karena terlalu lama mereka dikebiri kreativitasnya ?
atau karena terlalu lama
mereka hidup dalam kotak biokrasi ?
hingga segala sesuatu mesti diberitahu
hingga segala sesuatu mesti diberi contoh
hingga segala sesuatu mesti diatur

Angin lembah mulai ikut berbicara
sementara kerumunan itu menjauhiku
dengan aneka warna melukisi wajahnya
hingga akhirnya
kudapati diriku hanya bersama
sebongkah hati yang amat kemilau itu

Wahai engkau yang dikirim oleh Yang Cinta padaku
jadilah kau kini sahabat terbaikku
Ibu saat aku binggung menentukan gerak hati
bapak saat aku ragu menentukan pilihan budi
Kakak saat aku cemas menentukan sikap hidup
Adiek saat aku kehilangan jiwa yang bersuka
Malaikat saat aku berjuang
memelihara niat-niat suciku

Alia, bongkah hati yang kini selalu ada bersamaku
bersuka citalah karena semuanya ini
aku mau kau tembangkan seribu lagu
yang bisa menunjukkan padaku
bahwa kau bahagia karenanya