Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Saturday, December 18, 2010

CATATAN HARIAN (7)

*** Lintasan ketujuh ***
Aku heran mengapa hujan tak juga reda
sementara itu aku pun tak berhasrat untuk berhenti
karena kupikir berhenti pun tak akan melindungiku
dari dingin air hujan dan hawa yang berhamburan

Aku terus berjalan
menembus kegelapan hari
tetap membawa kepedihan hati
serta luka-luka yang jauh dari kering

+ apa sich yang kamu cari dalam perjalanan ini?
- tak satu pun. aku tak ingin lagi mencari, menambah luka saja
+ kalo engkau tidak mencari, engkau tak akan menemukan apapun
- aku tak membutuhkan apapun lagi
+ engkau keliru. engkau tak mau mempedulikan pikiran hatimu
- pikiran hatiku tak membutuhkan apapun lagi
+ apakah hatimu sedang terluka?
- benar
+ apakah engkau sedang mengusahakan
kesembuhan?
- benar
+ dan engkau tak kunjung mendapatkannya?
- begitulah faktanya
+ bukan begitu faktanya
engkau menolak untuk sembuh
- benarkah?
+ engkau harus menyetujui dulu agar perbincangan ini bisa dilanjutkan

Aku terhenyak
sulit sekali rasanya menjawab
Apakah aku layak mendapatkan malapetaka ini?
Apakah adil bila segala yang kuusahakan
akhirnya diganjar dengan sebuah kesedihan yang teramat mendalam?
Mengapa harus aku yang mendapatkan ini semua?
Mengapa tidak yang lain???

+ terlalu sulitkah untuk menjawab?
- engkau tidak sedang menghakimiku,
wahai hatiku?
+ benar. aku ingin engkau dengan kesadaranmu
mengakui bahwa engkau sedang terluka
engkau butuh disembuhkan.
ini bukan paksaan,
ini hanya ajakan untuk memilih ya atau tidak

Kutarik nafasku sepanjang mungkin
dan kuhembuskan sekuat-kuatnya

- ya. aku sedang terluka
aku membutuhkan kesembuhan
+ bagus. ingatkah engkau dengan banyak pengalaman
bahwa ada banyak hati yang menaruh harapan pada jalan hidupmu?
- ya
+ apakah engkau bisa mengatakan padaku
untuk mereka engkau tetap mau setia?
- ya
+ ingatkah engkau akan pendampingan tanpa pamrih
dari hati yang terakhir diberikan kepadamu?
Coba perhatikan bagaimana ia selama ini telah membantumu

Aku tak tahu apa yang sedang terjadi
yang kutahu aku seperti di hadapan layar yang bergerak sangat cepat
menampilkan segala yang telah dilakukan hati yang terakhir kepadaku

- aku sekarang bisa mengingatnya lagi
+ engkau -dengan segala adamu-
tetaplah berharga
kegagalanmu tidak harus diartikan sebagai
hilangnya hakekat panggilan hidupmu
engkau tetap dipanggil untuk mempunyai cinta yang lebih dan lebih besar lagi
cinta selalu berarti korban
berkorban bagi orang lain
dan itu berarti engkau sedang
menanggung sakit
lihatlah dunia begitu mengharapkan
sentuhan cinta
yang berani berkorban tanpa pamrih
sekian waktu engkau diajar semua ini
dan lantas karena kegagalan ini saja
engkau hendak menghapus
segala yang telah ada?
- wahai hatiku, padaku ada percaya
sehingga aku tetap boleh berharap
padaku ada ingatan
bahwa yang berharap dengan bercucuran
air mata
tak akan dikecewakan dan dipermalukan
sekalipun demikian
pada hatiku terdapat sebuah pertanyaan:
bukankah untuk mewujudkan semua itu
masih ada ada banyak orang dan tidak harus aku?
lagi pula siapa yang masih mau
mendengarkan aku?
+ berjalanlah terus.... bila ada tempat berteduh
cobalah untuk singgah sebentar

Guyuran hujan dan dinginnya angin malam
kembali terasa bahkan semakin menyengat
kegelapan tak menghalangi langkahku
karena telah menjadi sahabat karibku
entah pada langkah ke berapa
tiba-tiba aku telah sampai di depan sebuah pintu
mungkin pintu atau bayangannya saja,
samar saja kelihatannya
ketika tanganku masih sibuk
untuk menentukan apakah itu
benar-benar pintu atau bukan
benda itu bergerak dan dari balik benda itu
aku melihat sebuah ruangan yang temaram
hanya diterangi dengan
lampu-lampu kecil warna-warni
jauh di dalam sana
aku melihat sosok manusia
mengenakan pakaian keperak-perakan

Aku termangu menyaksikan semuanya itu
Aku ingat bahwa aku pernah ada di tempat ini
Aku ingat di tempat inilah dua hati dimeterai
untuk tetap setia bergandeng tangan
berjalan bersama
diakah sosok yang berdiri jauh di dalam sana?
Semoga

Aku melangkah
dan aku tiba-tiba mendengar
sebuah musik symphoni mengalun megah
dan lagu-lagu itu menjadi benderang
Aku juga melihat kilatan blitz dari berbagai arah
Dalam suasana yang agung itu
tiba-tiba aku kembali ingat akan keadaanku
degil
basah
terluka
bingung
tapi entah mengapa
semua perasaan itu tak menghalangi hasratku
untuk tak meneruskan langkah
saat jarakku dengan sosok itu tinggal dua langkah lagi
kubulatkan tekadku untuk memanggilnya
Sedulur... engkaukah itu?
Tak ada reaksi yang nampak
dan aku merasa bahwa aku telah salah menduga
aku salah masuk
di tengak kecamuk perasaan yang tak menentu
aku melihat sosok itu berdiri
dan sesaat kemudian
menghamburkan tubuhnya pada dadaku
sambil terisak ia bilang:
+ Aku bahagia engkau mau kembali lagi
Aku tetap pada janjiku
Aku menerima segala adamu
keberhasilanmu juga kegagalanmu
engkau tetap berharga di mata hatiku
Aku tetap mencintaimu
- Terima kasih Sang Pemilik Segala
Terima kasih Sedulur
Terima kasih atas sikap luhurmu
yang mau menerima
segala ungkapan perasaanku
kupandang itu bagian dari
kebesaran cintamu kepadaku
Sedulurku.....
Telah lama aku menantikan
saat di mana tanganku bisa merengkuhmu
secara nyata
dan mempelangikan wajahmu
dengan kecupan-kecupan
menyatukan segala rasa kangen kita
menjadikannya gelombang
yang berkejar-kejaran
menyentuh tangan-tangan pantai

Kudekap Sedulurku dengan segenap hatiku
Kupeluk dia dengan seluruh perasaan cintaku
sambil mengucap dalam batinku:

Wahai Sang Pemilik Segala
Aku tetap milikmu
Pastikan bahwa kini
aku telah kembali seperti sedia kala

Bahana symphoni semakin megah mengalun
asap wewangian memenuhi setiap sudut ruangan
dan hatiku-hatimu semakin erat bersatu
dan ketika kita sedang tenggelam
dalam kebersatuan itu
sayup terdengar tembang merdu
mengalun dengan cantiknya:

pada hati kita Tuhan menanamkan
segala yang baik modal mencinta
tetapi anehnya kita lebih suka
pelihara benci di hati kita

dua rasa yang sangat kuat
warnai dunia
bagaikan gandum dengan ilalang
dibiarkan tumbuh bersama
tapi yakinlah bila nantinya
gandum di lumbung
ilalang dibakar

bila di hatimu tumbuh rasa suka
tidak harus cepat dikata cinta
bila di hatimu tumbuh rasa marah
tidak harus cepat dikata benci

bijaksana di dalam hidup
sabarlah sejenak
bagaikan laut dengan pantainya
yang menanti datang gelombang
tapi yakinlah pada saatnya
bila bertahan
pasti dijaganya