Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Saturday, March 19, 2011

MENCIPTA KEBIASAAN

Biasanya,
seperti anjing yang saling menyalak tiap kali bertemu
seperti itulah kita
seperti semut yang ‘mak dug’
tiap kali bersimpang jalan
seperti itulah kita
berlalu tanpa sesuatu yang membekas
dijalani dengan spontan
mungkin tanpa pikiran
mungkin tanpa rasa
semuanya biasa
mengalir dalam kerutinan
tanpa kesadaran

tapi kini........

Kita akan menciptakan sebuah kebiasaan
yang terus dibangun dengan kesadaran
disusun dengan pikiran dan hati
disengaja untuk dibiasakan

jangan tanyakan mengapa
karena akan menjebak kita
pada ruang terlalu rasional
jangan biarkan begitu saja
karena akan menenggelamkan kita
pada samodra emosi
lantas bagaimana?
Berlakulah seperti orang yang berenang
di dalam aliran
ia melaju tapi tidak hanyut
ia sadar tanpa kehilangan kegembiraan
ia bebas dengan tetap memiliki alasan

CERITAKAN DENGAN PERBUATANMU

Hari ini aku bahagia dan bergirang,
ketika semuanya telah usai
Mulutku penuh kata-kata dan hasrat menggebu
untuk berkata-kata
Ketika aku bertemu Tuhan
Hatiku semakin meluap-luap
menahan keinginan untuk segera bercerita
Tentang segala yang barusan aku alami
Tapi sebelum aku memulainya, Dia berkata
‘Anakku, ceritakan pengalamanmu dengan perbuatanmu
aku siap mendengarkannya.’ !!!???!!!

Tuesday, March 15, 2011

TEMPAT DAN ORANG YANG TEPAT (2)

Aku seorang pengembara
Tidak dipanggil untuk menetap di suatu tempat
Dan berkumpul dengan orang-orang yang sama
Aku dipanggil untuk berjalan, berjalan, dan terus berjalan
Mencoba, mencoba dan terus mencoba
Berbagi, berbagi, dan terus berbagi
Belajar, belajar, dan terus belajar
Menjadi pelaku yang melakukan

Aku bangga bertemu
dan boleh bersama dengan kalian
Aku berterima kasih dan bersyukur untuk hal itu
Tapi sungguh...... Aku seorang pengembara
Yang dipanggil untuk terus berjalan melanjutkan perjalanan ini
Tempat ini dan kalian semua
Adalah pelabuhan singgahku
Tempat ini dan kalian
Adalah warung oase bagi perjalanan batinku
Dan semoga..... ketika kita bertemu lagi.....
Kita bisa saling merasakan
bahwa kita tidak lagi seperti saat ini
Kita memiliki hidup,
dan memilikinya dengan segala kelimpahannya

TEMPAT DAN ORANG YANG TEPAT (1)

Aku seorang pengembara
Yang kebetulan terdampar di bumi ini
Lantas berjumpa dengan engkau semua
Belajar bersama dengan engkau semua
Tentang bagaimana menjalani hidup
Dan bagaimana mengubah hidup menjadi lebih hidup

Apa yang aku alami?
Aku melihat diriku di antara bijak dan munafik
Di antara konsisten dan keras kepala
Di antara rendah hati dan mupus
Di antara silentium dan cuek
Tapi sungguh,
aku tidak malu melihat diriku masih seperti itu
Mengapa?
Karena sekarang ini.....
Aku berada pada tempat yang tepat
Tempat yang membuat aku melihat
Bahwa antara bijak dan munafik,
konsisten dan keras kepala
Rendah hati dan mupus, silentium dan cuek
Hanya dipisahkan oleh .......
Mau basah oleh hujan atau tidak
Aku bersama dengan orang-orang yang tepat
Orang yang membuat aku mengalami
Bahwa soal bijak dan munafik,
konsisten dan keras kepala
Rendah hati dan mupus, silentium dan cuek
Hanyalah soal bagaimana aku berani
Membuat kakiku tidak lagi berdiri
Tapi berlutut atau rebah

Lalu apakah ketika aku mengalami semua itu
Lantas aku berhak menilai
Bahwa semua yang lalu adalah kebodohan
dan sia-sia?
Apakah aku berhak menilai
Bahwa semua yang sekarang ini adalah yang
Paling baik, paling benar dan paling tepat?
Sehingga aku bisa mengatakan:
‘baiknya sekarang aku mendirikan tenda di sini
agar kita terus bersam-sama’?
TIDAK!!!

AKU BANGGA KARNA TAK SEMPAT

Ketika prahara itu membuat pulaumu sarat muatan
Dan itu membuat kita saling bertemu
Sungguh, kita tak sempat untuk saling mencari tahu
Apa sich agamamu?
Apa sich pendidikanmu?
Apa sich pangkatmu?
Berapa sich usiamu?
Dari mana asalmu?
Kaya atau miskin ortumu?
Kita tak sempat mencari tahu semua itu

Basa-basi itu tanpa kita sadari telah kita buang
Tanpa kita sadari kita katakan: peduli amat!
Tanpa kita sadari kita sepakat untuk bilang: Itu basi!

Tapi ketika waktu bergulir
Apakah kita lantas menjadi menyesal?
Dan di sana………
Di lubuk benak terdalam,
Ada layar yang sarat kalimat-kalimat
‘coba kalau dari dulu kita tahu agamanya apa’
‘aduh, ternyata tingkat pendidikannya cuman segitu’
‘ya ampun, kamu dari sana to’
apakah kita menyesalinya?
Pegang tanganku kawan….
Mari kita duduk bersama
Pulaumu…… dan kini juga pulauku
Tak membutuhkan tambahan daftar penyesalan
Tak membutuhkan tambahan
Perselisihan dan syak prasangka
Tak membutuhkan semua itu
Pulaumu, yang kini juga menjadi pulau kita
Membutuhkan cinta
Cinta yang tak membeda-bedakan
Cinta yang bisa menjaga ……
Tidak lagi aku dan dia tetapi aku dan engkau
Ya…….cinta yang menjaga kita!

AKU RINDU KALIAN (2)

Aku rindu kalian
Rindu untuk terus membisikkan pada nurani kalian
Keakraban kita membuat kita lupa siapa diri kita
Keakraban kita membuat kita
Tak sempat mempersoalkan SARA
Juga latar belakang kita
Keakraban kita membuat kita bisa mengatasi
Aneka badai yang coba menyapu niat baik
Keakraban kita membuat
banyak pengungsi tersenyum
Dan perlahan-lahan menyadari
Bahwa mereka tidak sendiri
Mereka tidak berjuang sendirian
Ada kita yang berjalan bersama mereka
Keakraban kita tak mengijinkan ada duri dan getah
Yang coba merenggangkan kita
Keakraban kita membuat kita semakin punya alasan
Untuk menekuk lutut sujud
Sambil menepuk dada berucap
Allah, terima kasih atas berkat pendampinganMu
Atas ijinMu, karena kami…….
Kau beri pengalaman yang nyata
Melihat Engkau dalam diri mereka semua

Sungguh, aku rindu kalian
Rindu saling memberi kesempatan
Untuk memiliki hidup yang lebih penuh
Melalui pekerjaan bersama ini

Aku rindu kalian!!!