Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Saturday, February 5, 2011

BAGAIMANA KABARMU ?

petang ini
saat hamparan tembaga memayungi bumiku
aku membiarkan keinginanku
mengajakku tengok kotak pos (kita ?)

dan kutemukan di sana
‘bagaimana kabarmu’ dari dirimu
sungguh, membacanya
tak ada lagi getar memenuhi jiwaku
tulisan itu tak lagi membawa gemuruh apapun
sayup lirih di kedalaman benakku
tanpa bisa kubendung
mulai tersusun kata
memberimu jawaban
demikian.....

“semoga engkau gembira
dengan kabar tentang diriku
ketahuilah olehmu
aku telah mati
dan jika engkau mau tahu
di mana kuburanku
ketahuilah olehmu
kuburku ada di dalam hatimu

ini pesan terakhirku untukmu
jangan pindahkan aku ke tempat yang lain
biarkan aku tetap ada di sana
di hatimu
aku telah krasan di sana
suatu tempat yang dingin tanpa api
beku !”

tak seorang pun mampu membangkitkanku
juga engkau
karena semuanya sudah terlambat
dan ketika engkau mengetahuinya hari ini,
itu sudah sangat amat terlambat sekali
tak perlu engkau sibuk
dengan berusaha menghidupkanku
biarkan saja aku mati di sana
biar selamanya engkau mengingat
bahwa di hatimu ada jasad
seorang yang mati perlahan-lahan
dan itu karena sikap dan perbuatan kata-katamu
jangan teteskan air mata
itu tiada guna
jangan bersedih
karena..... bukankah engkau menghendakinya begitu?
aku tak memerlukan lambaian tanganmu
aku tak butuh ucapan selamat tinggalmu
karena memang sudah sangat terlambat
dan bukankah engkau sangat setuju
dengan semuanya ini???
itulah kabar terbaik bagimu hari ini !!!

PASKAH

ketika getir telah menjadi pahit
paska................engkaukah itu?
Yang mengetuk-ketuk pintu hatiku
ketika kesabaranku telah menjadi serpihan
dan percayaku telah menjadi debu
paska..............engkaukah itu?
Yang belum juga lelah mengetuk hatiku
ada niat untuk membiarkanmu masuk
tapi apakah hadirmu kali ini tertuju juga untuk diriku?
Apakah hadirmu untuk menguatkanku?
Atau hanya untuk memampukanku
menderita lebih panjang?

paska..............engkaukah itu?

INDAHNYA HIDUP

kuingin engkau tahu
semenjak tanganku tak lagi menjangkau dirimu
karna engkau lebih suka dijangkau oleh yang lain
semenjak jiwaku tak lagi merangkum aroma jiwamu
karna engkau lebih suka dibuai
aroma keegoisan jiwamu sendiri
terasa sekali desakan di hatiku
sebuah keinginan untuk mati
tapi ketika kusadari
indahnya nilai sebuah pengorbanan sejati
terasa sekali kekuatan
untuk hidup seribu tahun lagi