Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Tuesday, October 19, 2010

TAK TERPISAHKAN

Rosalia Dini Marianingrum
sebatang cemara
yang diharap tetap langsing namun kuat
di sela rasa yang beragam
ku tetap ingin meyakinkanmu
bahwa kita tetap satu
kirimkanlah balasan
bila kau usai mengeja huruf-huruf ini

'perjalanan kali ini melelahkan sekali'
'ya, untung kau ada bersamaku'
'itu pasti dan untuk selamanya'
semoga itu juga yang ada di benak Sang Ilahi'

sementara semilir angin mengusap wajah-wajah
untuk kesekian kalinya kubiarkan mataku
mencermati indah bola mata
yang sesekali kau selipi dengan sebuah senyum
itukah yang membuat cuaca hatiku
tak pernah mengalami mendung?

Pengembara muda.... engkaukah itu?
cepat pergilah engkau dan tinggalkan bongkahan itu
Aku heran dan amat terkejut
dari manakah mereka datang
hingga lingkaran itu tiada lagi berlubang?
melihat tampangnya
mereka itu bagai srigala-srigala kelaparan
tangannya mengacung-acungkan
seperangkat benda lancip
dan mulutnya.....
menebar aroma dan kata yang memuakkan
cepatlah pergi engkau
sebelum kami berubah pikiran

Sang Ilahi
tunjukkan kebijakanmu
Pengembara muda, temanku selama ini
bongkah itu mendekapku erat
ini saat yang tepat untuk mencintaimu
untuk menunjukkan bagaimana harus setia
aku diam, tak mengerti arti kata-katanya
Dilepas diriku dan dengan enteng ia melangkah
yang kalian inginkan aku dan bukan dia
yang kalian khawatirkan seharusnya diri kalian sendiri
dan bukan aku atau dia
Wahai manusia-manusia berhati picik
dengar kata-kataku kali ini
Berhentilah menjadi budak kecemasan
yang tampilkan diri sebagai penjaga tradisi
Berhentilah menjadi seorang pelarian
yang tampilkan diri sebagai penolong budiman
Langit angan-anganmu telah berakhir
Senja citamu harus masuk liang lahat
Lihatlah kini
dongkakkan kepalamu yang keras itu
dan hatimu yang membatu
kepandaianmu tak mampu menghela nafasmu
ceramahmu tak menunda kekejian jiwamu
Kalian boleh menghancurkan apa pun
tapi jangan berharap untuk kali ini
Bongkah hati kembali mendekatiku
Teman.....
inilah saatnya hari pengurbanan itu
bukalah seluruh inderamu
tapi jangan gerakkan
biarlah keheningan hati dan budi kita
menjadi perisai bagi kita

Ditenggelamkannya kepalaku di dadanya
ada kedamaian tercicipi oleh hatiku
Dia terus mendekapku erat
sementara arak-arakan itu kian dekat
dan aku tak lagi tahu akan apa yang terjadi
karena kini aku seperti ada di dunia lain

tanganku dan tangannya tetap bergandeng
langkahku seirama dengan detak nadinya
senyumku gambarkan sisi hatinya
dan aku merasa
aku bersatu dengannya

teman.......
kini kita tak lagi bisa terpisah !

MURAI KECILKU

Muraiku,
saat aku pertama kali menemukanmu
di antara aneka burung,
kau murai yang indah dan memikat hatiku.
Bulu dan kicaumu
melantunkan pesona tembang idaman setiap hati
Meski di kedua biji matamu
kutemukan lukisan telaga
yang tertutupi awan yang kelam

Muraiku,
aku tak ingat lagi
mengapa tiba-tiba

telah membuah keinginanku
untuk bertemu denganmu lagi
Dan entah mengapa tiba-tiba
Sang Yang Kasih membuat kita saling jumpa.
Tak cuma itu,
kini kau tinggal amat dekat denganku.
Hal itu tak hanya membuatku bahagia
tapi lebih dari itu
kini aku melihat telagamu itu
mulai melukiskan rekahan
Sang Fajar suka cita.

Muraiku,
meski kau bahagia bersamaku,
aku bukanlah tempat tujuanmu.
Aku bukan sebuah sarang
atau pondok yang nyaman di huni,
yang bisa membebaskanmu
dari panas dan dinginnya hujan.
Aku hanya sebuah ranting
yang hanya bisa membuatmu sejenak beristirahat
sejenak memperdengarkan suaramu
sejenak merapikan bulu-bulumu
dan sejenak menguatkan tarikan nafasmu
sebelum kau melayang lagi
ke langit dan awan-awan.

Aku bukan dewa yang sakti
yang bisa membuatmu perkasa dan sempurna
Aku hanya teman
yang kebetulan bertemu denganmu

Aku hanya teman
yang mencoba untuk setia
menunggui tumbuhnya
bulu-bulu sayapmu yang patah

Aku hanya teman
yang dengan penuh kasih sayang
ingin memompa optimisme hatimu
untuk kembali memiliki harapan
bagi masa depanmu

Aku hanya teman
yang menginginkanmu
semakin memiliki hati yang putih
agar sayapmu tak patah oleh angin dan badai
matamu tak buta oleh sinar silau matahari
telingamu tak tuli oleh jeritan cerca dan celaan

Aku hanya teman
yang mampu berikan setetes air
untuk membasahi paruhmu
agar nyanyianmu makin terdengar merdu
hingga orang makin mengenalmu
sebagai pembawa damai
pembawa suka-cita
dan pembawa obat di saat kangen menyerang

Aku hanya teman
yang selalu ingin meyakinkanmu
bahwa sebentar lagi
kau akan mampu terbang
melayang ke langit dan awan-awan

Aku hanya teman
yang menyediakan telinga
untuk mendengar dan mengagumi
indahnya lantunan tembang kicaumu
dan syahdu nada laramu

Muraiku,
Aku dulu juga seperti kamu
pernah terlunta dan tersisihkan
oleh api cemburu dan bara iri
tapi alam mengajariku
bagaimana menjalani sebuah hidup

Sekali lagi, Wahai Murai kesayanganku....
aku bukan sebuah perhentian abadi
aku hanya sebuah persinggahan sementara
Tidak bijak bila kau memutuskan
untuk berhenti lama di sini
karena sebelumnya kau tak pernah bercita-cita
hanya ingin sampai di sini

Jangan biarkan hatimu berkeras
tak mau meneruskan langkah dan angan sejatimu
Jangan biarkan budimu berkeras
tak mau melanjutkan panggilan Sang Ilahi
untuk menabur dan menyebar benih-benih cinta
pada orang-orang yang pada pagi-pagi buta
harus berjalan kaki menuju pasar dan ladangnya

SEBUAH PERJALANAN

Rosalia Dini Marianingrum
sebuah pijar fajar
di perbatasan keputusan untuk hidup baru
Denganmu kutemukan ketidakmurnian kasihku
padamu kutemukan timbangan bijak
di antara neraca-neraca
buatan egoisme diri
Kumau kau membacanya
dengan budi beningmu
dan sesegera mungkin mengirimiku
buah-buah pemenunganmu

Di bawah keremangan senja ini
aku terdampar di sebuah kuil tua
meski terawat tapi tak juga menghilangkan
kesan seram dan magis

Kubiarkan jari-jariku memukul-mukul portalnya
dan mulutku berteriak-teriak nyaring
Seorang tua berdiri di hadapanku
dengan mata tajam mengumbar tipisnya sebuah senyum
Bapa, ijinkan aku menunda langkah malamku
untuk sekedar duduk di hadapan Sang ilahi
tangannya masih meraih pundakku
ada suka cita dalam hatiku
mirip suka cita Sang Dewi
dengan Saudari tuanya

Lorong-lorong kuil itu dipenuhi dengan ornamen-ornamen masa lalu
sungguh indah tapi aku tak bisa menikmatinya
Lorong-lorong kuil itu
dipenuhi dengan cahaya remang-remang
tapi menerbitkan matahari dalam hatiku
Lorong-lorong kuil itu
tak menyediakan buang-bunga
toh harum dupa mencoba menggantikannya

Aku bersila diantara penghuni kuil itu
mereka bagai mati
mematung seluruh raganya
memberi kesan ilahi

Kucoba tuk heningkan batin
melangkahi semua hasrat
untuk mengungkap dalam kata

Tubuhku memang bersila
tapi tidak demikian dengan jiwaku
Dituntun oleh bongkah hati ilahi
kuteruskan perjalanan batinku di kembara imamat ini
tuk ucap syukur atas setiap dan semua anugerahNya

Jalan kembara ini terasa indah Tuhan
dia yang kau kirim untuk menemaniku
dalam perjalanan ini
ternyata menyimpan banyak cerita
yang tak hanya memberiku kekuatan
untuk meneruskan langkah diri
tapi juga memberi spirit
untuk menghasilkan buah-buah

Jalan kembara ini
meski menuju puncak golgota
yang pasti memiliki banyak keterjalan
serasa tak melukai kulit kakiku
dia yang Kau berikan untuk menemaniku
memiliki banyak cerita
hingga perhatianku tak tercurah
pada kakiku tapi pada isi ceritanya
tentang bagaimana orang
harus menderita untuk orang lain
harus memikul dosa orang
yang mengganggap diri tidak berdosa.

Jalan kembara ini
kini terasa tak membosankan, Tuhan
dia yang kau hadiahkan untuk menemaniku
dalam perjalanan panjang ini
memiliki banyak cara
tuk buang pikiran bosan
ia menunjukkan padaku
bagaimana seorang gembala
tak hanya cukup
memiliki kepiawaian dalam memimpin
membangun
memelihara
dan melayani jemaat
tapi mengajariku juga
dengan bagaimana menjalin
relasi hangat denganMu
relasi yang punya dua sisi
kadang bertabur kecemasan
tapi kadang bertabur peneguhan
kadang bertabur penyesalan hati
tapi kadang bertabur suka-cita pengampunan
kadang bertabur kepedihan asa
tapi kadang bertabur optimisme

Kata-katanya mengisi
ruang Sang Dewi dalam diriku
suaranya memenuhi ruang kelembutan
yang ada padaku
Kecemasan hatinya menyuplai ruang cinta
seorang kekasih dalam diriku

Jalan kembara ini
kini terasa mempesonakan, Tuhan
bagai panorama senja
yang menyuguhkan tembaga peraknya
langit biru-Mu
bagai sebuah jalan yang tertaburi
dan berdinding aneka bunga
dia yang Kau anugerahkan untuk menemaniku
memiliki senyum manis yang abadi
senyum yang membuatku
tak lagi merasa lelah
berjalan dari lorong ke lorong
untuk menabur benih kebaikanMu
senyum yang melahirkan kepastian pada batinku
bahwa Kau memiliki sejuta cara
untuk menguatkan pelaksanaan perutusan ini
senyum yang menumbuhkan
semangat perjuangan
untuk tak gentar menghadapi badai
kesulitan hidup ini
senyumnya melukis keagungan kasihMu
senyumnya menggambar kepedulian cintaMu
senyumnya mewujudnyatakan
kesetiaanMu padaku

Jalan kembara kini
terasa bagai siang abadi, Tuhan
dia yang Kau utus untuk menemaniku
berjalan terus sampai ke ujung bumi
untuk memenangkan setiap hati
untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa
agar kerajaan-Mu makin dikenal dan meluas
agar kerajaan-Mu makin kokoh di bumi ini
menguatkan asaku kepadaMu
pelukan hangatnya menginspirasikan padaku
bagaimana aku mesti memberi
pada setiap hati kehangatan
agar mereka yakin bahwa hanya Kau saja
yang mampu menghangatkan hati mereka
pelukan lembutnya membuka budiku
bagaimana aku mesti memperlakukan setiap jiwa
agar mereka yakin bahwa cintaMu
mampu mengatasi setiap jiwa
yang setegar padas

Jamahan penuh cinta itu
mendarat pada bahuku
Saudara muda
fajar telah penuhi kuil ini
Bapa, terima kasih atas kebaikan hatimu
semoga yang mencipta kita melihat itu

Aku beranjak
meninggalkan kuil tua ini
dunia telah menungguku
sementara kesetiaan teman perjalanan ini
semakin melumuriku
dengan ketulusan rasa sayangnya

Alia, abadilah engkau dalam hatiku
kekal-lah engkau dalam jiwaku

PULAU GANJIL

Rosalia Dini Ristikaningrum,
sebuah oase di antara tembok-tembok gurun.
Ini kali kedua aku kirimi kau
buah pengembaraan yang tak juga selesai.

Di jalan kembara ini,
aku terdampar,
di sebuah tempat,

sebuah tempat yang ganjil.
Bagaimana aku mesti jelaskan
keganjilan ini ?!
bagai sebuah restoran,
yang dibangun dengan bangga
di antara warung tegal.
bagai sebuah pasar swalayan,
yang berdiri dengan angkuh,
di antara istana para gelandangan.
bagai sebuah pulau,
yang dihuni manusia modern,
yang hidup di antara bayang masa lalu.


Terdampar di pulau ganjil ini,
membangkitkan ingatanku padamu.
Sosok yang laksana,
sebuah diri yang berbeda dari kebanyakan,
sebuah lingkaran
hasil paduan garis-garis lurus,
sebuah pecahan ombak
yang menyentuh kaki-kaki tembok kota,
sebuah nyanyian yang lahir
dari bibir-bibir yang diam,
sebuah Daud yang menang atas Goliat.

Itukah yang membuat sampai saat ini,
jiwaku tak lelah sebut namamu,
anganku tak jemu membayangkanmu,
budiku tak bosan memikirkanmu.
Itukah yang membuat sampai saat ini,
tak pernah bermimpi,
bahwa suatu saat aku sendiri.
tak pernah ber-angan,
bahwa suatu ketika aku kesepian,
bahkan, tak pernah berharap,
bahwa suatu nanti aku mati.

Terdampar di jalan-jalan pulau ganjil ini,
aku saksikan realitas tanpa logika.
bagaimana tidak ?!
Penghuninya hidup
bagai di sebuah padepokan,
dipimpin oleh seorang perempuan,
dibantu oleh enam tetua,
semuanya perempuan.

Pimpinan itu punya usia lebih muda,
dibanding enam yang lain.
Nampaknya ia dipilih,
karena kepintarannya memikirkan hidup,
bukan karena kepiawaiannya mengolah hidup.
Rupanya ia dipilih,
karena ketegasan otaknya,
bukan karena kehangatan cintanya.

Perempuan seperti itu,
tak pernah aku jumpai ada di negeri kita.
Ia nyaris tak berperasaan.
meski tiap omongannya
menekankan 'pakai rasa-mu'.
Penuh hari-harinya
dengan pergulatan logika tanpa henti
hingga ia lebih terkenal,
karena kepandaiannya,
ketimbang kebijaksanaannya.

Perempuan seperti itu
tak pernah aku jumpai ada di negeri kita.
Ia keras laksana padas pegunungan
yang tak lapuk oleh gada para dewa.
Ia panas laksana api Gomora,
bila panasnya menaik,
pulau itu bagai sebuah babi panggang.

Tiada kelembutan tergambar pada matanya,
sorotnya bagai papan bertuliskan,
'kau lemah-tak berguna enyah dari hadapanku'.
Ingatannya akan kesalahan para hambanya,
mengundang decak kekaguman,
mirip sebuah mesin komputer.

Aku bertanya pada beberapa orang
yang kebetulan aku jumpai.
Bahagiakah negeri ini ?!
Masih berlakukah hal itu untuk kami ?!
Tiadakah yang melawannya ?!
Masih berlakukah sebuah perjuangan ?!
Mengapa tidak ?!
Kami telah menganggapnya mati,
meski dia nyata-nyata masih hidup,
meski kami tahu,
andai dia tahu pikiran kami,
cemeti ucapannya adalah sebuah ganjaran.
Tiadakah yang melarikan diri ?!
Masihkah hal itu berguna bagi kami ?!
mengapa tidak ?!
Kami tak pernah mengangkatnya
menjadi pemimpin atas diri kami
Kami hidup bukan oleh perintah-perintahnya,
dan tak akan mati oleh tuntutan-tuntutannya.
meski kami tahu,
andai dia mendengar ucapan ini,
siksa kerja paksa
menjadi nyanyian hari-hari kami.

Kawan orang itu mendekatiku,
menarikku jauh dari orang yang kutanyai,
kubiarkan tubuhku dibawanya.

Perempuan itu sebenarnya baik,
ia mulai berkata,
dia tak pernah membunuh rakyatnya,
kalau rakyatnya membuat dosa padanya,
dia akan mengucap kata-kata demikian:
'sebenarnya hari ini
adalah peringatan seratus harimu'
Perempuan itu sebenarnya tegas,
lanjutnya.....
dia tak pernah memvonis rakyatnya,
kalau rakyatnya membuat dosa padanya,
dia hanya mengucap kata-kata demikian:
'kamu benalu bagi negeri ini'

Saudara,
tiadakah di sini angin pembaharuan ?!
Kami mengenal itu,
bahkan kalau tidak salah,
angin itu produk pulau ini,
sayang kami tak pernah merasakannya.

Tiba-tiba kudengar ada orang berteriak-teriak
'perempuan itu terlalu pandai untuk dikalahkan'
'kami masih memerlukan
maka tidak kami bunuh'
'kami masih mengharapkan dia bisa bertobat'
'Saudara bermimpi’, spontan aku berteriak
'bukan, kami bukan bermimpi.
pulau ini tak mengenal istirahat'

Ada hening menjeda ruang kelahi kami.
'meski dia arsitek pembaharuan,
tapi itu berasal dari masa lalu,
dari file-file yang mestinya sudah dirombengkan',
katanya dengan kejengkelan yang hampir
tak terdengar.

Pernah suatu ketika,
ada petani yang digiring ke penjara,
akibat salah menaburkan pupuk
Petani itu sesambat-melas,
'Ratu, beri hamba sedikit waktu'
'Kau, tak mungkin bisa berubah,
andai bisa,
paling-paling hanya nol koma nol sekian'
Pernah juga suatu waktu,
ada kawannya mencoba memberi pembelaan
'Ratu, dengarkan perkataan kami'
'Jangan libatkan relasi baikmu dalam masalah ini'

Sahabat, meninggalkan pulau ganjil ini,
ada secuil harap bagi negeri tercinta,
semoga dalam negeri kita,
Tuhan tak pernah merencanakan
akan lahir seorang ratu yang demikian.

Sahabat, melangkah jauhi pulau ganjil ini,
ada sungai mengalir dari belahan mataku
sungai yang berwarna kepedihan yang menyayat,
'penjaga hidup itu, kini berbaju serigala'
'pemelihara sorga itu,
kini membawa bola-bola neraka'
'penghibur jiwa itu,
kini terus mendendangkan nyanyian kematian'
'penghadir cinta itu, kini bermahkotakan maut.
'pengganti Tuhan itu, kini berkarib
dengan penghuni alam pengap'

Sahabat, menjarak dari pulau ganjil ini,
tiba-tiba aku ingat akan penggalan kata-katamu,
yang kau ucap untukku di sebuah suratmu.
'hidup itu punya dua sisi,
bukan untuk menjaga keseimbangan,
tapi untuk melatih orang,
menjadi bijaksana.
hidup itu punya banyak variasi,
bukan untuk sekedar memberi warna,
tapi untuk melatih orang,
piawai dalam mencinta.

Menyeberang jauh dari pulau ganjil ini,
aku menenteng sebuah tanya:
'Apakah ini keinginan Tuhan juga ?!'
atau.......
'gelora nafsu sebuah setan yang menyebut diri
sebagai wakil Tuhan ?!'

Kumau kau nyannyikan sajak-sajak rindu,
agar aku merasakan kehadiranmu,
dipanjangnya jalan kembara ini.

SAMA PENTINGNYA

Rosalia Dini Mawantiningrum
di kelokan sungai-sungai pedalaman
yang menebarkan aroma khas
kayu-kayu dan derap ayunan dayung
Terimalah ini dan jadikan kenangan terindah
dalam sejarah perjumpaan kita

Ada satu hal dalam hati kita

yang tak ingin kita wujudkan
meski hal itu mungkin
Jalan boleh berbeda
tapi hati kita tak pernah boleh berbeda
berpindah dan berubah warna
Ada janji di antara dua hati dan budi
untuk tetap menjaga kita
agar makin jauh dari angan yang tak setia
Putihnya cayank dan cinta yang tulus
memahat pada hati kita
tonggak-tonggak persaudaraan suci ini
Sebuah janji lahir untuk ditepati
dan itu berarti
butuh saling percaya dan saling bantu
kau ingatkan aku dan kuingatkan engkau

Ah, sungguh suatu langkah yang sulit,
betapa tidak?
Ayunan langkah hati diusahakan makin sama tapi tanpa harus terlebur
Ah, sunguh suatu keadaan yang melelahkan,
betapa tidak?
Taburan rasa hati yang penuh cayank
makin tercurah
tapi mencukupkan diri
di area tonggak-tonggak persaudaraan
Tuhan rencanaMu amat indah
Kami berdua
percayakan semua ini dalam tanganMu
terjadilah kehendakMu atas diri kami
merajalah Engkau dalam hidup kami
Kau telah memulai, Tuhan
Jangan Kau henti di tengah jalan.

Jika Dia yang membuat kita bertemu
yang membuat kita menerima
aneka anugerah kebahagiaan
yang membuat kita menjadi sekarang ini
dua insan yang saling menyayangi dan mencintai
satu sama lain
memberi kita sampai batas ini
tentu bukan tanpa maksud
Dia tahu betapa sulitnya hal itu bagi kita
karnanya Dia pasti akan membimbing kita
untuk melaksanakan semua rencanaNya itu
Pada kita hanya diminta percaya dan yakin
bahwa inilah
rencanaNya yang terbaik bagi kita berdua
Jika Dia mempertemukan kita baru seusia ini
untuk saling berbagi suka dan duka
saling mendukung,
saling mengusahakan kesucian
adalah setia
Pada hati kita akan ditanamiNya
aneka cara dan keteguhan hati untuk setia

Jika Dia yang melahirkan pada hari-hari kita
kebahagiaan hati dan batin
yang menumbuhkan
sejuta rasa cayank dan cinta
terbalut oleh rindu yang tetap ada
adalah cinta
Pada hari-hari kita akan ditaburkan kepiawaian
untuk memelihara cayank dan cinta
yang telah ada di hati kita

Berlaksa syukur dan terima kasih
karna cinta-Nya yang amat besar pada kita
Berjuta puji karna pada kita
diselipkan sejuta rasa cayank dan cinta
agar kita makin bergairah
dalam mengarungi samudera kehidupan ini

Hari-hari kita akan menjadi
sebuah konser simponi cinta
yang menembangkan
aneka curahan rasa cayank
hari-hari kita akan dipenuhi
dengan bunga-bunga suka cita kebahagiaan
seperti penantian pagi
yang setia menunggu menyembulnya
pucuk-pucuk mawar
yang merekahkan senyum indahnya
dan menaburkan harum wanginya

Anugerah itu butuh tanggapan
memerlukan jawaban dari kita
menuntut dengan penuh kasih
kepercayaan dan penyerahan yang tulus dan sadar
terutama saat kerikil-kerikil
mulai tertabur di jalan-jalan kita
saat terik keegoisan mencuat
mengiba kepemilikan akan sebuah diri,
ruang dan waktu
saat semilir badai ketanpajelasan
mencoba porak porandakan
layar-layar kebersatuan hati kita

Sekali lagi,
tak ada hujan yang mandeg
sebelum tetesnya jatuh dan meresap
dalam perut bumi
tak ada rencana yang akan kembali pada Dia
tanpa lebih dahulu mengalami saat perwujudannya
Dia yang mendampingi persaudaraan kita ini
adalah setia
maka yakinkan diri bahwa kita
akan selalu dibimbing untuk tetap setia

Semua ada waktunya
Ada waktu dimana kebahagiaan
bagai dicurahkan saja
Ada waktu dimana setiap kali
mata memiliki kesempatan untuk menikmati
bentuk-bentuk tatapan dan senyuman
Ada waktu dimana tangan-tangan kita
bersatu dalam gandeng dan pelukan
sebagai ungkapan kehangatan cayank
dan dukungan kita
Ada waktu dimana muka-muka kita tiada terlindung dari kepekatan tradisi yang penuh kecemasan
Kebersamaan melahirkan aneka kesan indah
pada jalan hidup kita
Keindahannya menciptakan aneka keberhasilan
pada hidup kita
Kita patut berlutut di haribaan-Nya
untuk menghatur berlaksa syukur
dan terima kasih pada-Nya

Kini tugas merentang sebuah jarak
di antara aku dan kau
Rentang jarak tak pernah punya maksud
mengurangi kebahagiaan
tak pernah berarti keterpisahan
apalagi sebuah akhir
tapi saat menguji kesetiaan
mencoba kedewasaan hati dan budi
Rentang jarak tak pernah menghendaki kita berdua
berhenti menyayangi dan mencintai satu sama lain
Rentang jarak adalah saat untuk menabung rindu
saat untuk mengumpulkan kangen
saat untuk memperkuat diri dan persaudaraan
Kedekatan boleh tertunda
tapi hati yang berdampingan
tak pernah akan boleh lelah berasa
bahwa ini hanya sementara
Kesendirian itu sama pentingnya dengan kebersamaan