Muraiku,
saat aku pertama kali menemukanmu
di antara aneka burung,
kau murai yang indah dan memikat hatiku.
Bulu dan kicaumu
melantunkan pesona tembang idaman setiap hati
Meski di kedua biji matamu
kutemukan lukisan telaga
yang tertutupi awan yang kelam
Muraiku,
aku tak ingat lagi
mengapa tiba-tiba
telah membuah keinginanku
untuk bertemu denganmu lagi
Dan entah mengapa tiba-tiba
Sang Yang Kasih membuat kita saling jumpa.
Tak cuma itu,
kini kau tinggal amat dekat denganku.
Hal itu tak hanya membuatku bahagia
tapi lebih dari itu
kini aku melihat telagamu itu
mulai melukiskan rekahan
Sang Fajar suka cita.
Muraiku,
meski kau bahagia bersamaku,
aku bukanlah tempat tujuanmu.
Aku bukan sebuah sarang
atau pondok yang nyaman di huni,
yang bisa membebaskanmu
dari panas dan dinginnya hujan.
Aku hanya sebuah ranting
yang hanya bisa membuatmu sejenak beristirahat
sejenak memperdengarkan suaramu
sejenak merapikan bulu-bulumu
dan sejenak menguatkan tarikan nafasmu
sebelum kau melayang lagi
ke langit dan awan-awan.
Aku bukan dewa yang sakti
yang bisa membuatmu perkasa dan sempurna
Aku hanya teman
yang kebetulan bertemu denganmu
Aku hanya teman
yang mencoba untuk setia
menunggui tumbuhnya
bulu-bulu sayapmu yang patah
Aku hanya teman
yang dengan penuh kasih sayang
ingin memompa optimisme hatimu
untuk kembali memiliki harapan
bagi masa depanmu
Aku hanya teman
yang menginginkanmu
semakin memiliki hati yang putih
agar sayapmu tak patah oleh angin dan badai
matamu tak buta oleh sinar silau matahari
telingamu tak tuli oleh jeritan cerca dan celaan
Aku hanya teman
yang mampu berikan setetes air
untuk membasahi paruhmu
agar nyanyianmu makin terdengar merdu
hingga orang makin mengenalmu
sebagai pembawa damai
pembawa suka-cita
dan pembawa obat di saat kangen menyerang
Aku hanya teman
yang selalu ingin meyakinkanmu
bahwa sebentar lagi
kau akan mampu terbang
melayang ke langit dan awan-awan
Aku hanya teman
yang menyediakan telinga
untuk mendengar dan mengagumi
indahnya lantunan tembang kicaumu
dan syahdu nada laramu
Muraiku,
Aku dulu juga seperti kamu
pernah terlunta dan tersisihkan
oleh api cemburu dan bara iri
tapi alam mengajariku
bagaimana menjalani sebuah hidup
Sekali lagi, Wahai Murai kesayanganku....
aku bukan sebuah perhentian abadi
aku hanya sebuah persinggahan sementara
Tidak bijak bila kau memutuskan
untuk berhenti lama di sini
karena sebelumnya kau tak pernah bercita-cita
hanya ingin sampai di sini
Jangan biarkan hatimu berkeras
tak mau meneruskan langkah dan angan sejatimu
Jangan biarkan budimu berkeras
tak mau melanjutkan panggilan Sang Ilahi
untuk menabur dan menyebar benih-benih cinta
pada orang-orang yang pada pagi-pagi buta
harus berjalan kaki menuju pasar dan ladangnya
No comments:
Post a Comment