Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Monday, January 24, 2011

DI SINI, DULU

di sini dulu engkau begitu memanjakan aku
seluruh hatimu masih untukku
segenap pikiranmu tak terbagi
kecuali untukku
tanganmu erat menggenggam tanganku
merengkuh tubuhku dan meletakkannya
dalam kehangatan jangkauan kasihmu
meruntuhkan segenap penghalang yang ada
hingga wajah kita saling terbaring di sana
mengecup desah percaya yang coba kita sajikan
melumat habis keraguan yang menyeruak
coba gagalkan hamparan angan kita

di sini dulu
pagiku dibuka dengan senyum yang mempesona
hingga aku sempat bertanya
Tuhan, inikah rahmat anak-anak terang?
Siangku dipenuhi dengan tekad
dan keyakinan yang luar biasa
hingga aku sempat bertanya
Tuhan, inikah janji pendampingan-Mu?
Soreku dipenuhi dengan syukur yang mendalam
hingga aku sempat bertanya
Tuhan, seperti inikah kegembiraan
yang Engkau inginkan?
Malamku dipenuhi dengan dekapan erat
hingga aku sempat berkata
Tuhan maukah Engkau bila hari ini
aku dirikan satu tenda untuk kami?

Di sini dulu
aku melihat segalanya seperti pasti
aku merasa bisa abadi
tak ada dalam hidupku kata ‘sangsi’
tapi
di sini sekarang
semuanya berubah
sejak engkau beralih dari hidupku
meskipun aku belum benar-benar yakin
bahwa keadaannya telah begitu

LUDES

malam yang disuguhkan di hadapannya
ludes tak tersisa rakus dilahapnya
membuatku termangu
dan kesal

kutunggu dia dengan segala rasaku
tapi ketika tiba saatnya
dibiarkannya aku sendirian
melihatnya menghabiskan
tanpa sedikitpun menoleh ke arahku

INI SAAT MENCINTAI DENGAN LUAR BIASA

Bila matamu mulai menelusuri tiap huruf yang tertata
membentuk sebuah kata yang akhirnya tereja menjadi kalimat,
aku ingin yakinkan dirimu diek,
bahwa aku tetap akan bersamamu
sampai Allah memanggilku kembali ke hadapan-Nya.
Tak akan aku meninggalkanmu berjalan sendirian
tanpa ingatan bahwa hatiku penuh dengan cerita,
tangis, kepedihan dan kepedulianmu;
harapan dan cintamu;
perjuangan dan pengorbanan yang merajut sejarah kebersamaan kita.

Hari ini,
ujung tahun telah menganga tergagap
karena estafet waktu sebentar lagi akan menyerahkan kuasanya dalam tahun yang baru.
Sudah berapa lama kita disatukan Allah?
Sudah berapa lama kita berjuang atas nama ‘kita’?
lihat langit yang biru itu, masih berwarna birukah bila malam menguasainya?
Atau masih hitamkah langit pagi ketika sinar keemasan itu
menyeruak mengusir lanur pagi?
Sungguh entah hitam meraja atau tembaga keemasan itu
memantulkan cahayanya,
langit tetaplah indah untuk mata yang jernih dan pikiran yang bening.
Aku ingin kita terus jernih dan berjuang menjadi bening tanpa henti

Bahagiakah engkau hidup bersamaku, diek
setelah kenyataan sering menghakimi mimpi dan harapan kita?
Masih nyamankah engkau hidup bersamaku, diek
setelah mata tanpa henti disodori dengan realita bahwa diriku
memiliki setumpuk hal tak semuanya menyenangkan hatimu?
Ketidakmampuan, kelemahan dan ketidaksempurnaan
dalam kata dan tindakan yang kerap melahirkan kepedihan hatimu,
adalah bukti bahwa aku adalah mahkluk yang ingin terus berjuang
berdiri tegak dan melangkah ke depan.
Aku bersyukur, diek menjadi bagian dari hati,
hidup,
perjuangan,
harapan
dan cintamu
karena dengan demikian
hidup ini sungguh seperti pelangi yang mengungkapkan keagungan penciptanya.

Untuk semua hal
yang telah aku ungkapkan dalam kata dan perbuatanku
yang membuat air matamu mengalir,
untuk semua mimpi yang sampai hari ini belum terwujud
dan untuk resah dan galau yang lahir karena sikap anehku,
aku ingin engkau menghirup nafas yang panjang
dan menghembuskan kuat kuat saat telingamu mendengar
aku mengucapkan maaf kepadamu,
karena aku ingin engkau menghalau semua itu
dan menjadikanku baru di hadapanmu,
agar hari hari kita tak letih dibebani oleh ingatan yang tak berguna
buat perjuangan kita di tahun yang baru ini.

Aku ingin genggam tanganku sekuat engkau mampu melakukannya
agar engkau yakin bahwa aku tak akan membiarkanmu
menghadapi siapapun seorang diri.
Peluklah aku sekuat engkau mampu merengkuhku
agar engkau tetap bisa menemukan debar-debar cinta di antara detak jantungku.
Bersandarlah di bahuku, diek
agar engkau bisa merasakan sekali lagi
bahwa bahu ini tetap untukmu,
melindungi dan membuatmu terus kuat berjalan lagi.
Tataplah mataku
agar engkau mampu mengusir segala galau dan resah pikiran masa lalumu.
Aku di sini, ada untukmu.
Semua yang aku ceritakan untukmu
sampai hari ini masih terpelihara dengan baik untukmu.
Allah menjadi saksi betapa setiap malam
aku tak pernah berhenti merindukan hidup dua puh empat jam bersamamu.
Ruas ruas jalan di perantauan menjadi saksi
betapa aku membiarkan diriku kelaparan dan kehausan
merenggut kenyamananku agar hidup yang luar biasa itu menjadi milikmu.
Langit dan udara pengap kota menjadi saksi betapa kuatnya aku berjuang
agar terang selalu berpihak pada kita. J
angan bertanya betapa sepi dan tersiksanya aku
saat aku sendirian tanpamu.
Jangan juga berpikir betapa letihnya kaki dan fikiranku,
karena aku tak pernah mau tunduk pada semuanya itu.
Untuk memiliki hidup yang luar biasa,
jangan pernah mau digoda oleh letih jelmaan rasa malas
dan sulit yang menjadi inkarnasi dari rasa takut.
Mencintai itu menjadi luar biasa bila tak berkawan dengan rasa takut dan rasa malas.

Diek, berikan keningmu agar engkau kembali merasakan kecupan tulus
sebuah cinta yang tak berhenti membahagiakanmu.
Malam ini, di sini, di tempat ini,
mari kita ucapkan selamat tinggal tahun yang telah membuat kita
kuat hari ini
dan mengucapkan selamat datang untuk tahun yang baru
agar di dalamnya kita menjadi lebih luar biasa.
Mari kita gerakkan tangan kita ke kiri dan kanan (da…da)
untuk hari hari yang mendidik kita menjadi
setia atas janji hidup kita
agar di tahun yang baru ini
kita mampu membuat kesetiaan yang kita miliki
menjadi cinta yang bermutu.
Mari kita tundukkan kepala kita
dan terus berharap bahwa Allah mengampuni
dan menumpangkan tangan-Nya memberkati kita.

Diek, trima kasih untuk cinta yang tetap engkau jaga untukku.
Trima kasih untuk setia yang terus engkau perjuangkan.
Trima kasih untuk kejujuran
yang jatuh bangun engkau dirikan dan bangun dalam kebersamaan ini.
Trima kasih untuk kesabaran dalam penderitaan hidup bersamaku.
Trima kasih untuk keberanian,
kepedulian,
dan kerinduan yang tak pernah dingin.
Aku bersyukur memilikimu,
hidup bersamamu.
Seumur hidupku aku tetap mencintaimu.