Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Saturday, December 11, 2010

CATATAN HARIAN (1)

Petikan suara alam mengiringi hembusan angin yang menembangkan syair-syair ini:
ke manakah akan kubawa hati yang terluka
apa saja yang kumiliki tak dapat kuandalkan
ingin rasanya kumenghindar lari entah kemana
tapi tak sanggup kumenanggung berat beban luka
hati menjerit
jiwa tersiksa memohon bantuan
muka tertunduk
tangan terulur menanti jawaban
Tuhan hanya Engkaulah tempatku berharap
hanya Engkaulah tempat kubersandar

sayup tapi terus mengalun
mengiringi hati yang menanggung sembilu
yang maha pedih
sayup tapi terus mengalun
seakan setuju bahwa segalanya memang harus begitu


*** Lintasan pertama ***
Aku tak akan pernah melupakan saat yang paling pahit pada sejarah hidupku
saat di mana aku dihancurkan
diriku dan seluruh kehidupanku
semuanya dan tak ada yang tersisa
Aku terkapar
Sendirian
tanpa ada yang menaruh iba sedikitpun
tanpa ada yang menyebut-nyebut namaku lagi
Aku benar-benar sendirian
Dalam kesendirian itu
tangan-tangan kesepian bagai mencekik leherku
roh-roh kejahatan meneriakkan dengan sinis
aneka kesalehan yang pernah aku lakukan
jiwa-jiwa lawanku bangkit
menyenandungkan rangkaian-rangkaian
keyakinanku dalam refleksi hidupku
senandung itu bagaikan menabur pasir
di atas luka yang baru
file-file dalam benakku menertawakan semua
adegan keberhasilanku
Aku benar-benar terkapar
dengan keadaan yang benar-benar hancur

Di saat yang sangat tak menguntungkan itu
di saat aku memilih
lebih baek jiwa dan rohku dipisahkan dari raga
terdengar di kejauhan suara manusia
suara itu mirip sekali dengan milikku

di muka arcamu, Bunda
aku berdiri tidak sendirian
ada raga langsing semampai
yang tangan kirinya
erat kugenggam

di muka arcamu, Bunda
kami berdiri memohon berkat
kesucian dan kemurnian
yang tiada henti
buat persaudaraan ini

di muka arcamu, Bunda
kami tertegun bersama
melihatmu tersenyum pada kami

Hening terus menguasaiku
aneka gelora rasa membanjiriku
saling berebut untuk dipilih
Percaya itu segala-galanya
apalagi bila disertai harapan
kucari asal suara lembut itu
tapi tiada
gelap kabut menyelimutiku
menghadirkan bayangan-bayangan aneh mengerikan

Aku merangkak coba bangkit
dan ketika kedua kakiku mampu
menyangga berat tubuhku
batinku berteriak nyaring:
Wahai Sang Pemilik Segala yang ada
ijinkanlah aku untuk tetap percaya padamu
agar aku tetap bisa berharap padamu

No comments: