Hal-hal sepele membuat kesempurnaan, dan kesempurnaan bukanlah hal sepele

Friday, October 15, 2010

SEBONGKAH HATI

Rosalia Dini Marianingrum
Sebuah bintang fajar
yang amat setia dalam perjalanan
meraih mahkota surgawi
Ia keheningan sebuah pagi
yang belum terjamah oleh derit timba
dan riuh kokok ayam jantan
Ini entah kali ke berapa
aku kirimi kau dialog hati dan budi
selama aku jauh dari pandangan insanimu….

Sore itu
ada kerumunan sejuta manusia
aku tak tahu alasan terbentuk kerumunan itu
dan aku tak pernah mau tahu
Tapi saat kaki hendak menyeret raga
tuk tinggalkan semua itu
ada pijar di langit
jatuh di tengah samudera manusia
Batin beningku berucap
ada kiriman sesuatu dari Yang Ilahi
Secepat orang mengambil nafas
setelah ia menghembuskannya
kudekati pijar indah itu
Aku tak pernah menyangka
bahwa pijar itu sebongkah hati
yang menyimpan seribu keprihatinan dunia
yang membawa tangis dan suka cita semesta

Setiap dari yang memandangnya
tergoda untuk memilikinya
tapi karna nafsu tak teratur itu
tiada tangan mampu meraihnya
bahkan tiada daya tuk gerakkan semua itu

Aku mendesak maju
meraih setiap kecemasan nafsu yang ingin memilikinya
Kupandangi bongkahan itu
memancarkan warna lembut
dan pesona yang membuat hati nuraniku
bagai teriris-iris
Ku sujud di hadapanNya
kusatukan tanganku
kutarik seluruh nafas ilahiku
Sementara tanganku mulai mencoba meraihnya
batinku berucap nyaring
Penguasa Semesta.....
yang hanya memiliki satu cinta
terima kasih atas semua ini
Bongkah hati itu
kini ada dalam dekapan rasa sayangku
rasa sayang seperti milik ibuku
kini ada dalam dada kasihku
yang sehangat milik Anak Penguasa yang mengasihiku
Bergetar jiwaku karenanya
sebuah getar suka cita
mirip suka cita Yusuf
ketika dikeluarkan dari sumur kering
Suka cita yang terbalut rasa cemas ilahi

Sesaat aku melangkah
tuk berdiri digundukan bumi yang paling menonjol
Wahai manusia yang ada di sekitarku
arahkan mata batinmu
arahkan budi hatimu
berikan padaku telinga-telingamu
berikan padaku alat pengecapmu
Hari ini Penguasa Semesta
yang hanya terdiri atas cinta
berkenan memberi kita sebongkah hati Ilahi-Nya
Apa pendapatmu ???

Ada jeda menghening kuasai alam pijakan kami
melahirkan aura berpikir pada yang hadir
'Rahib muda itu mau apa
dengan bongkah cemerlang itu ?'
'Ia hendak menguasai kita !'
'Pakaiannya saja putih, tapi hatinya ?'
'Sanggupkah ia memelihara itu ?'
'Ah ternyata ia punya nafsu juga
untuk memiliki sesuatu,
sudah lupakah dia akan janji kemelaratannya ?'
'Mungkin ia seorang dewa.'
'Mungkin juga tetengik yang berlagak dewa.'
'Mengapa kita tidak segera melenyapkannya ?'
'Kita lihat saja, apa yang akan dilakukannya
dengan bongkah hati itu.'

Suara-suara sumbang itu terus membahana
tapi aku tetap mencoba tegakkan kaki
keyakinanku telah bulat
bahwa bongkah hati ini
dikirim oleh Yang Cinta untukku

Wahai manusia-manusia berbudi
jangan menangis bila sekiranya
Tuhan suatu hari menolakmu
dengan berkata 'Aku tidak mengenalmu'
Kalian diberi budi yang luhur
mengapa hanya kalian gunakan
untuk memikirkan sebuah memory?
Buka matamu lebar-lebar
buka telingamu lebar-lebar
buka hatimu lebar-lebar

Tuhan memberimu budi yang tinggi
bukan untuk memikirkan memory-memory
bukan untuk membangun
tembok-tembok tradisi priyayi
bukan untuk membelenggu rasa ilahimu
bukan, sekali lagi kukatakan: bukan !
Dia ingin dengan budimu
kau selalu memiliki hidup yang baru
Dia ingin dengan budimu
kau selalu siap mencintai
Dia ingin dengan budimu
kau selalu punya sikap mengampuni
Bongkah hati yang ada di tanganku ini
akan mengajari kita
bagaimana memiliki hidup yang baru
akan memampukan kita
selalu memiliki kesiapsediaan dalam mencintai
akan memberi contoh kepada kita
bagaiman memiliki
hati yang tak pernah lelah memberi ampun
Ada yang ingin melempar sebuah tanya ?

Bulan yang selama aku bicara
bersembunyi di balik mega tipis
tiba-tiba memperlihatkan cahya senyumnya
Aku pandangi setiap wajah yang mengelilingi
kucari di sana batin yang percaya
kutemukan sejumlah jemariku
itupun amat samar
akibat kekerasan kepala ?
akibat kepicikan budi ?
akibat tiadanya cinta ?
karena terlalu lama mereka hidup dalam ketakutan ?
karena terlalu lama mereka dikebiri kreativitasnya ?
atau karena terlalu lama
mereka hidup dalam kotak biokrasi ?
hingga segala sesuatu mesti diberitahu
hingga segala sesuatu mesti diberi contoh
hingga segala sesuatu mesti diatur

Angin lembah mulai ikut berbicara
sementara kerumunan itu menjauhiku
dengan aneka warna melukisi wajahnya
hingga akhirnya
kudapati diriku hanya bersama
sebongkah hati yang amat kemilau itu

Wahai engkau yang dikirim oleh Yang Cinta padaku
jadilah kau kini sahabat terbaikku
Ibu saat aku binggung menentukan gerak hati
bapak saat aku ragu menentukan pilihan budi
Kakak saat aku cemas menentukan sikap hidup
Adiek saat aku kehilangan jiwa yang bersuka
Malaikat saat aku berjuang
memelihara niat-niat suciku

Alia, bongkah hati yang kini selalu ada bersamaku
bersuka citalah karena semuanya ini
aku mau kau tembangkan seribu lagu
yang bisa menunjukkan padaku
bahwa kau bahagia karenanya

No comments: