saat bola merah itu tergelincir di ufuk barat
dan bola perak itu tak mampu mengangkat
air laut menuju pantai
kita membiarkan diri untuk merapatkan badan
entah apa yang telah terjadi
di dalam benak hati kita
apakah sebuah kejujuran
ataukah sebuah kebohongan
atau malah sebuah ketidaksadaran diri
kadang mata kita saling beradu
entah dengan muatan apa
kita tak mencoba menyelidikinya
kadang bibir kita saling melempar kata
entah dengan maksud apa
kita tak mencoba membahasnya
yang jelas sekarang kita bersama
tak peduli esok atau lusa
yang penting saat ini kita berdekatan
soal satu atau tidak
kita tak mau pusing karenanya
saat bola merah itu tergelincir di ufuk barat
dan bola perak itu tak mampu mengangkat
air laut menuju pantai
kita berdiri meninggalkan area itu dengan rasa berat
-seperti setiap kita harus mengakhiri perbincangan
karena waktu telah menjelang pagi-
kita tak juga mau bertanya:
‘mengapa perasaan itu tiba-tiba ada?’
No comments:
Post a Comment