Theresia Etsa Sabine Elfridaningrum,
Dengarkan sejenak sisi hatiku
.............................................................................
malam ini
aku misa sendirian.
tak dengan
siapa-siapa yang (pernah) aku kenal
terasa ada
sesuatu yang janggal
tapi segera
kukatakan pada diriku
‘hidup itu
soal metode aja.
aku hanya
belum terbiasa saja’
tersliwer
juga di benakku
bayangan
cekikan teman-teman di masa lalu
memang
sempat membuatku resah
tapi sekali
lagi aku katakan pada diriku:
sendiri…………….
aku mencoba
untuk menggagasnya………..
mencecap-cecapnya
di serambi budi hatiku
mencoba
untuk menemukan maknanya selain bahwa
hal itu
tidak mengenakkan
atau kadang
membuat terasa tidak berharga
sendiri
...................
di tengah
misa suci ini aku menemukan makna baru
seperti
Yusuf si tukang kayu itu
berjalan
dengan hati tak karu-karuan
mengetuk
setiap pintu rumah
bukan untuk
dirinya sendiri
tapi untuk
Dia
yang
mempercayakan diri rapuhNya kepadanya
tapi tak
satupun yang mau memberikannya
sampai
akhirnya
ia menemukan
kandang hewan
yang jorok,
berbau, dingin
tapi mau
menerimanya
Dia, Maria
dan Yesus yang anak Allah itu
anganku
melayang nakal
kayaknya aku
pernah seperti Yusuf
yang
mengetuk bukan untuk diriku sendiri
tapi tak ada
yang mau menerimanya
natal ini
hadir dengan kebisuannya
saking bisunya
ia bisa diberi aneka makna
terserah
situasi kita, terserah latar belakang pikiran hati kita
yang sedang
mewarnai hidup kita saat ini
natal
tetaplah natal
entah
direfleksikan entah tidak
ia tetap
hadir sebagai tanda
bahwa Allah
belum mau
menyerahkan
kita pada kuasa kegelapan
natal
tetaplah natal
entah
dipercaya entah tidak
ia tetap
saja datang
sebagai
sebuah bukti
bahwa Allah
tetap mau peduli pada manusia
yang kecil,
rapuh dan terbuang
juga yang
merasa kuat, hebat, dan tak terkalahkan
No comments:
Post a Comment